Washington DC (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice menghargai Indonesia, yang memiliki hubungan dekat dengan Teheran, dalam menyikapi masalah pengembangan nuklir Iran. "Menlu Rice menghargai secara positif mengenai sikap kita soal nuklir yang pernah kita sampaikan saat kunjungan Presiden Iran ke Jakarta," kata Menlu Hassan Wirajuda usai melakukan pertemuan dengan Menlu Rice di Washington DC, Jumat. Menurut Wirajuda, tidak ada kesan bahwa Menlu AS gusar karena kedekatan Indonesia dengan Iran yang antara lain tercermin saat kunjungan Presiden Mahmoud Ahmadinejad ke Jakarta baru-baru ini. Rice juga menyatakan bahwa sikap AS pada dasarnya sejalan dengan sikap Indonesia soal nuklir Iran, yakni memaksimalkan solusi damai. Kepada Rice, Menlu Hassan Wirajuda mengatakan kunjungan Presiden Iran tersebut terkait dengan pertemuan negara-negara D-8 selain kunjungan bilateral. Pada kesempatan tersebut Indonesia menyampaikan tiga sikap dasar soal nuklir. Pertama, Indonesia patuh pada perjanjian Non Prolifikasi bahwa nuklir Iran benar-benar untuk kepentingan damai, tidak dibelokkan untuk militer. Kedua, sebagai kawan Iran, Indonesia menegaskan bahwa semua negara memiliki hak mengembangkan nuklir untuk tujuan damai. Ketiga, Indonesia menjajaki keperluan dibentuknya forum untuk negosiasi dalam menyelesaikan masalah tersebut secara damai. "Indonesia dan masyarakat internasional ikut berkepentingan mencegah agar krisis nuklir Iran tidak menjadi konflik terbuka," kata Wirajuda. Masalah nuklir Iran, katanya, bukan hanya masalah AS dan negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, karena konflik ini bisa berpengaruh pada negara kawasan lainnya. "Misalnya saja konflik itu menyebabkan harga minyak naik jadi 100 dolar per barel, maka kepentingan ekonomi kita pun terpengaruhi," katanya. AS saat ini tetap bersikeras agar Iran menghentikan aktifitas pengayaan uraniumnya dan mendesak adanya sanksi dari Dewan Keamanan PBB terhadap negara tersebut. Namun Iran dengan tegas menolak tekanan dari barat. Dewan Keamanan PBB sendiri masih belum satu kata dalam menanggapi penolakan dari Iran. AS bersama tiga negara Uni Eropa menginginkan resolusi yang secara hukum mengikat Iran untuk menghentikan seluruh aktifitas nuklir, sementara Rusia dan China cemas resolusi semacam itu justru meningkatkan ketegangan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006