New York (ANTARA) - Norwegia tertarik pada proyek sabotase Amerika Serikat (AS), seperti menginterupsi sistem informasi (honeypot), karena dapat berdampak luar biasa dalam hal keuangan jika ikut membantu militer AS menghancurkan pipa Nord Stream di dekat perairan Denmark, menurut sebuah artikel di situs Modern Diplomacy.

Dalam artikel yang diterbitkan Sabtu (25/2) itu, mantan diplomat India sekaligus pengamat internasional M. K. Bhadrakumar menyatakan Norwegia juga bisa mendapat keuntungan jika militer AS dapat menggantikan Rusia sebagai sumber utama gas alam yang disalurkan melalui pipa gas alam Jerman.

Sementara itu, masih dalam artikel tersebut, seorang jurnalis bernama Seymour Hersh menjelaskan pada surat kabar Jerman Berliner Zeitung bahwa Norwegia sangat tertarik untuk berhasil menarik plot terhadap jalur pipa Nord Stream. Seymour Hersh adalah seorang jurnalis investigasi yang mengungkapkan dalam sebuah laporan awal bulan ini soal rincian rencana sabotase AS.

Dalam laporannya, Hersh mengatakan Norwegia tertarik pada pertumbuhan pendapatan dan karenanya meningkatkan volume pasokan energinya ke Uni Eropa (EU), termasuk ke Jerman.

"Dan apa yang kita lihat setelah misi? Norwegia telah berhasil. Itu adalah ekspor (energi) tumbuh dengan latar belakang permusuhan yang signifikan terhadap Rusia," tulis Bhadrakumar.

Ironisnya, lanjut Bhadrakumar, dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Agustus 2022 lalu, Perdana Menteri (PM) Norwegia Jonas Gahr Store mengklaim bahwa Norwegia mengirimkan gas sebanyak mungkin ke Jerman.

"Tentu saja, apa yang tidak dia katakan kepada Scholz adalah bahwa Norwegia akan segera menjalankan proyek untuk mengubah Jerman, konsumen gas alam terbesar di Eropa, sebagai captive market bagi mereka secepatnya. Pada faktanya, Norwegia meledakkan pipa Nord Stream hanya berselang sebulan kemudian pada 22 September," ujar Bhadrakumar.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023