Jakarta (ANTARA) - Pakar Epidemiologi Lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr Yudhi Wibowo mengatakan Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi sangat efektif untuk mendukung upaya deteksi dini stunting.

"Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi yang baru saja dicanangkan pemerintah perlu diapresiasi untuk mendukung upaya deteksi dini stunting," kata Yudhi Wibowo ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Selasa.  

Pengajar di Fakultas Kedokteran Unsoed Purwokerto, Jawa Tengah itu menambahkan gerakan tersebut akan mendorong masyarakat untuk melakukan penimbangan dan pengukuran bayi di posyandu. 

"Dari hasil penimbangan dan pengukuran itu diharapkan akan didapatkan data yang lebih akurat sehingga bisa dijadikan panduan untuk mengoptimalkan program agar makin tepat sasaran," katanya.  

Dia juga mengapresiasi kebijakan pemerintah yang telah mulai membagikan alat timbangan dan antropometri baru ke seluruh posyandu, supaya metode pengukuran setiap anak di daerah menggunakan disiplin cara yang sama, termasuk pelaporannya yang sama.  

"Program pemenuhan alat antropometri atau alat pengukuran dan penimbangan bayi di posyandu, serta alat USG di puskesmas yang tengah dilakukan Kementerian Kesehatan diharapkan makin mempercepat percepatan penurunan prevalensi stunting di Indonesia," katanya.  

Menurutnya, masyarakat perlu berperan aktif dalam menyukseskan Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi dengan rutin membawa anak atau bayi mereka ke posyandu agar dapat dilakukan penimbangan dan pengukuran mulai dari berat badan, tinggi badan hingga lingkar kepala.

"Program ini juga diharapkan akan berjalan secara berkelanjutan agar menjadi kebiasaan di tengah masyarakat untuk rutin membawa anak mereka ke posyandu sebagai salah satu upaya deteksi dini stunting," katanya.  

Sementara itu, pemerintah pada Selasa, mencanangkan Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi guna mempercepat penurunan prevalensi stunting, gangguan pertumbuhan pada anak balita yang terjadi akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama hingga paparan infeksi berulang.  

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi merupakan bagian dari upaya untuk mendeteksi dini tanda-tanda stunting pada anak balita. 

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2022 turun menjadi 21,6 persen dari 24,4 persen pada 2021.

"Pemerintah menargetkan prevalensi stunting diharapkan bisa turun menjadi 14 persen pada tahun 2024 mendatang," kata Muhadjir.

Baca juga: Pemerintah canangkan gerakan penimbangan untuk turunkan stunting

Baca juga: Menko: Koordinasi jadi kunci sukseskan Gerakan Penimbangan Nasional

Baca juga: Menkes: Timbang balita sebulan sekali, guna deteksi dini stunting


 

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023