Perkiraan pertumbuhan ekonomi NTT berkisar 3,68-4,48 persen (ctc) ini naik dibandingkan dengan 2022.
Kupang (ANTARA) - Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memperkirakan perekonomian di NTT pada 2023 akan terus bertumbuh pada kisaran antara 3,68-4,48 persen secara cumulative-to-cumulative (ctc).

"Perkiraan pertumbuhan ekonomi NTT berkisar 3,68-4,48 persen (ctc) ini naik dibandingkan dengan 2022, tetapi kami memperkirakan pertumbuhan tidak cepat dan tidak lebih tinggi dari nasional," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT Daniel Agus Prasetyo sebagai narasumber dalam kegiatan bertema seminar fiskal dan ekonomi regional, di Kupang, Kamis.

Ia mengatakan perkiraan pertumbuhan ekonomi NTT tersebut didorong sejumlah faktor, seperti pertanian berupa Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) kemitraan dengan target luas panen mencapai 105 ribu hektare (ha) pada 2023.

Perluasan Program Food Estate di Sumba Tengah 15 ribu ha dan Belu 5.000 ha serta Bena 7.215 ha, optimalisasi pemanfaatan Bendungan Napun Gete, Kabupaten Sikka, maupun pengembangan ekosistem peternakan dan rumput laut dengan pola kemitraan.

Daniel mengatakan faktor pendorong dari sektor perdagangan berupa meningkatnya mobilitas masyarakat pasca pelonggaran kebijakan pembatasan di tengah persiapan tahun politik 2023-2024, meningkatnya ekonomi negara mitra dagang utama seperti Timor Leste.

Selain itu, dari sektor akomodasi makan minum berupa perhelatan KTT ASEAN di Labuan Bajo, fenomena revenge travel yang berlanjut dan penyelenggaraan berbagai acara strategis secara luar jaringan (luring).

Sementara dari sektor konstruksi berupa penyelesaian pembangunan infrastruktur pemulihan ekonomi nasional, percepatan pengembangan kawasan Tana Mori Labuan Bajo, penyelesaian Bendungan Temef dengan nilai proyek mencapai Rp2,6 triliun serta pembangunan proyek strategis nasional yang berlanjut.

Daniel mengatakan meski demikian, juga terdapat faktor penahan pertumbuhan ekonomi seperti realisasi vaksinasi dosis dua yang belum mencapai 70 persen.

Capaian vaksinasi, kata dia, penting untuk ditingkatkan karena turut menjadi pendorong pembangunan sektor pariwisata terutama terkait kunjungan wisatawan.

Selain itu, faktor penahan berupa harga pupuk dunia yang meningkat, kenaikan harga bahan bakar minyak akibat gangguan pasokan energi dan komoditas, serta ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina berlanjut yang berdampak pada kenaikan harga komoditas.

"Tetapi dari kondisi ini tetap ada optimisme di situ, dan yang penting kita tetap waspada terhadap risiko dan jangan sampai kita kehilangan momentum atau peluang," katanya pula.

Turut hadir sebagai narasumber dalam seminar, Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT Kementerian Keuangan Catur Ariyanto Widodo juga selaku penyelenggara seminar, Kepala Biro Ekonomi dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi NTT Lery Rupidara.

Lalu, dosen Unkris Artha Wacana Dr Frits O Fanggidae selaku moderator, serta para peserta dari berbagai instansi, seperti BPS NTT, OJK NTT, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, puluhan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Kota Kupang, serta perwakilan dari berbagai instansi yang mengikuti seminar secara virtual.
Baca juga: BI sebut ekonomi NTT kuat hadapi kenaikan inflasi domestik
Baca juga: Gubernur NTT: 40 pabrik dibangun di perbatasan Indonesia-Timor Leste

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023