Samarinda (ANTARA) - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menyatakan, pengelolaan hutan yang lestari pada Bentang Alam Wehea-Kelay di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim)  mampu menaikkan kepadatan orang utan, sehingga ia mengapresiasi Pemprov mengajak para pihak dalam pembangunan hijau.

"Melalui prinsip pengelolaan hutan secara lestari oleh pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) Alam, kini tingkat kepadatan orang utan di bentang alam tersebut meningkat," ujar Spesialis Konservasi Spesies Terancam Punah dari YKAN Arif Rifqi di Samarinda, Kamis.

Baca juga: YKAN: Praktik pengelolaan hutan lestari tingkatkan populasi orang utan

Saat ini, katanya, tingkat kepadatan populasi orang utan di Bentang Alam Wehea-Kelay mengalami kenaikan, dari O,204 individu per kilometer persegi (km2) menjadi 0,377 individu per km2, yakni di kawasan yang dikelola PT Karya Lestari.

Kemudian pada kawasan hutan alam yang dikelola oleh PT Gunung Gajah Abadi (GGA) pun mengalami peningkatan, yakni dari sebelum dikelola dengan kepadatan 0,671 individu per km2 menjadi 0,808 individu orang utan per km2.

Baca juga: Kaltim komitmen laksanakan program hijau berkelanjutan

Kepadatan populasi orang utan di PT GGA, katanya, meningkat 17 persen, kemudian di PT Karya Lestari meningkat 46 persen ketimbang empat tahun lalu, sehingga temuan ini menunjukkan bahwa praktik pengelolaan hutan lestari dalam skala bentang alam bisa menyelamatkan populasi orang utan.

Pemantauan orang utan yang pihaknya lakukan menggunakan metode penghitungan jumlah sarang pada transek tegak lurus (line transect), yakni dengan total pemantauan sebanyak 33 jalur yang tersegmentasi dengan jarak antar-jalur 4 km yang mewakili luas wilayah kajian.

Baca juga: KEE di Berau Kaltim berupaya jadi model penyelamatan orang utan

Ia menjelaskan, area kelola PT GGA dan PT Karya Lestari merupakan tempat pemantauan populasi orang utan di Bentang Alam Wehea-Kelay.

Hal ini dilakukan karena dua perusahaan tersebut merupakan anggota Forum Pengelolaan Bentang Alam Wehea-Kelay dan telah menerapkan praktik pengelolaan terbaik dalam operasi mereka.

Baca juga: OIKN dan Arsari kerja sama lindungi orang utan

Menurutnya, orang utan merupakan satwa yang dilindungi baik secara nasional maupun global, bahkan tiap 19 Agustus diperingati sebagai Hari Orang Utan Sedunia.

Orang utan merupakan spesies payung, karena berperan dalam regenerasi hutan dengan menyebarkan biji-bijian pohon yang ia konsumsi, sehingga jika orang utan hilang, maka akan mempengaruhi hilangnya spesies lain di habitat tersebut.

"Orang utan memiliki kemiripan 93 persen dengan DNA manusia, sehingga masih banyak yang dapat dipelajari dari ekologi mereka. Masih banyak hal tentang orang utan yang belum terkuak, masih panjang perjalanan untuk mengupas peranan orang utan bagi kehidupan manusia," kata Arif.

Baca juga: Orang utan untuk pertama kali terekam kamera di Cagar Alam Pararawen
Baca juga: Satu orang utan dilepas di kawasan konservasi Kotawaringin Barat

Pewarta: M.Ghofar
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023