Pada kenyataannya masih banyak korban kekerasan seksual yang tidak mampu menjangkau fasilitas kesehatan atau tidak mendapatkan pendampingan dari psikolog
Jakarta (ANTARA) - Forum seni pertunjukan asal Indonesia Regina Art kembali mementaskan monolog Cotton Candy yang disadur dari Ruang Arumanis di New York, Amerika Serikat, pada peringatan Hari Perempuan Internasional.

Aktris dari Regina Art, Joane Win, mengatakan pada pementasan Cotton Candy, terdapat karakter Lisa yang digambarkan tengah berjuang mengatasi trauma di sebuah lembaga kesehatan mental, dengan fasilitas yang memadai ternyata tidak serta merta dapat menyembuhkan luka batin yang Lisa rasakan.

“Pada kenyataannya masih banyak korban kekerasan seksual yang tidak mampu menjangkau fasilitas kesehatan atau tidak mendapatkan pendampingan dari psikolog,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Dilansir dari laman resmi, International Women's Day 2023 mengangkat tema Embrace Equity yaitu memberi kesempatan dan dukungan bagi tiap perempuan sesuai dengan kondisi dan latar belakang tiap individu tersebut.

Baca juga: Komnas: Pengaduan pelecehan seksual dominasi kekerasan perempuan 2022

"Kami berharap kisah Lisa ini dapat mendorong banyak pihak untuk lebih memberikan dukungan bagi pemulihan mental korban kekerasan seksual, sesuai dengan kondisi masing-masing korban karena mereka butuh penanganan yang tepat, dan harapan hidup yang masih panjang,” kata dia.

Dalam kasus kekerasan seksual, perempuan masih menjadi kelompok rentan mendapat kekerasan seksual. Pun dalam proses penegakan hukum seringkali mengabaikan kesehatan mental para penyintas.

Dengan penjiwaan dan penguasaan panggung, Joane Win menghantarkan pesan yang ingin disampaikan kepada para penonton.

"Saya sangat menyukainya, terasa sangat intens, saya dapat merasakan rasa sakit yang dia alami, saya merasa Joane Win seperti benar-benar mengalami kejadian tersebut pada saat dia tampil tadi,” kata Perwakilan Broadway League Administrators, Noemi.

Baca juga: Komnas: Kekerasan pacaran dominasi kekerasan personal tahun 2022

Hal yang sama disampaikan oleh Leo Rubenfien seorang penulis buku dan fotografer terkenal di New York yang menyebut bahwa pertunjukan itu sangat menarik.

Dukungan untuk Regina Art juga datang dari aktivis perempuan dan produser dokumenter Tanah Air yaitu Olin Monteiro, yang menyatakan seni dengan perspektif gender dan empati sangat penting untuk menyuarakan isu kekerasan terhadap perempuan dan mengangkat harkat bagi perempuan.

Monolog yang sedemikian nyata menjadikan seni lebih bermakna dengan penampilan yang menggugah penonton, sekaligus berpihak pada suara korban yang selalu ditekan oleh suara-suara dalam pusaran gerak teknologi dan informasi di Indonesia, yang kadang belum memperjuangkan kepentingan perempuan penyintas.

“Semoga lebih banyak karya seni yang lantang menggali isu-isu perempuan seperti Ruang Arummanis/Cotton Candy,” kata Olin.

Baca juga: Monolog kisah pilu tiga perempuan Indonesia

Pewarta: Indriani
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023