Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antar-bank Jakarta pada Rabu sore terpuruk mendekati level 9.400 per dollar AS menjadi 9.370/9.375 per dolar AS, dibanding penutupan hari sebelumnya 9.260/9.320 per dolar AS, atau turun 110 poin. "Penurunan rupiah terhadap dolar AS pada sore ini cukup besar, karena investor lokal sangat antusias membeli dolar AS," kata analis Valas PT Bank Mega Tbk, Adrian, di Jakarta. Menurut dia, rupiah diperkirakan akan bisa menembus level 9.400 per dolar AS melihat minat beli investor lokal makin kuat menjelang pertemuan Bank sentral AS (The Fed) pada Juni 2006 akan membahas kenaikan tingkat suku bunganya. The Fed menurut rencana akan menaikkan tingkat suku bunga hingga mencapai enam persen dari sebelumnya lima persen, untuk mengantisipasi inflasi yang terus meningkat, katanya. Pasar saat ini cenderung makin menekan rupiah, sehingga pergerakan mata uang itu terus terpuruk mendekati level 9.500 per dolar AS, ujarnya. Menurut dia, investor ada kecenderungan ingin mempertahankan tingkat suku bunga BI Rate agar tetap berkisar di level 12,50 persen. Oleh karena BI Rate di level tersebut, menurut dia, maka margin yang diperoleh tetap tinggi dan ini merupakan keuntungan yang cukup besar. Selain itu, investor asing juga berusaha mengalihkan dananya ke sektor lainnya yang lebih menguntungkan, apabila BI berusaha menurunkan tingkat suku bunganya, ujarnya. Pada sesi Rabu pagi rupiah sempat mencapai 9.350 per dolar AS, namun perlahan-lahan mata uang lokal itu membaik akibat berkurangnya permintaan dolar AS hingga di posisi 9.330 per dolar AS. Bahkan, rupiah mendekati penutupan sesi pagi posisinya berubah menjadi Rp9.310 per dolar AS sampai penutupan sesi pagi, katanya. Mengenai dolar AS, ia mengatakan, mengalami kenaikan terhadap yen dan ero, karena kekhawatiran pelaku pasar terhadap wabah flu burung di Indonesia yang menimbulkan kematian, akibat penularan yang cukup cepat. Faktor psikologis ini mendorong pelaku lebih cepat membeli dolar AS naik menjadi 112,15 yen dari sebelumnya 112,00 yen dan ero jadi 143,35 yen dari 143,50 yen, dan ero terhadap dolar AS menjadi 1,2795 dari 1,2815. Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Hartadi A. Sarwono, mengatakan bahwa naik turunnya BI rate lebih tergantung kepada besaran inflasi dibanding dengan fluktuasi nilai rupiah. "BI melihat bukan kepada nilai tukar apalagi kalau fluktuasi masih normal," katanya. Ia mengatakan saat ini dana asing masih keluar-masuk sehingga mempengaruhi nilai rupiah. "Paling utama dalam melihat suku bunga adalah bagaimana dampaknya terhadap inflasi," kata Hartadi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006