Tanjungpinang (ANTARA) - Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri Kementerian Luar Negeri (BSKLN Kemenlu) bekerja sama dengan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau membentuk Pusat Studi Laut China Selatan dan Pusat Studi Laut Natuna Utara.

Kepala BSKLN Kemenlu Yayan G.H. Mulayana di Kampus UMRAH, Senin, mengatakan, pembentukan kedua pusat studi tersebut untuk mengoptimalkan pengkajian dan pengembangan strategi kebijakan luar negeri di Laut China Selatan.

Ia menilai bahwa kerja sama antara kedua lembaga ini merupakan kebijakan yang tepat mengingat UMRAH berada di kawasan yang berhadapan langsung dengan Laut China Selatan.

"Melalui nota kesepahaman, kerja sama ini diharapkan BSKLN dan UMRAH dapat saling mendukung dalam melakukan riset bersama, khususnya terkait isu-isu yang berkembang di Laut China Selatan," kata Yayan dalam diskusi bertema "Pengelolaan Potensi Konflik di Laut China Selatan".

Penandanganan kerja sama BSKLN Kemenlu dan UMRAH dilaksanakan di sela-sela penyelenggaraan diskusi dengan menghadirkan tiga narasumber, yaitu Andi Arsana dari Universitas Gadjah Mada, Irman Gusman dari UNPAD, dan Sayed Fauzan dari UMRAH, dengan penanggap Irman Lanti dari UNPAD.

Dari diskusi tersebut diperoleh masukan bahwa penyelenggaraan lokakarya masih relevan dalam upaya pengelolaan potensi konflik di Laut China Selatan. Namun para pembicara memandang perlunya kerja sama yang lebih praktis dan bermanfaat bagi para pihak, seperti pemanfaatan Laut China Selatan dalam mengelola ekonomi biru termasuk untuk kepentingan sektor perikanan.

Para narasumber juga sependapat agar dilakukan eksposur atau promosi yang lebih luas agar lokakarya tersebut mendapat dukungan konstituen domestik karena keberhasilan suatu program tidak terlepas dari diplomasi publik. Selain itu, mereka berharap hasil lokakarya tersebut dibawa ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada kesempatan lain, Yayan Mulyana memberikan kuliah umum bertema "Dimensi Maritim dalam Dinamika Indo - Pasifik" di hadapan 180 orang mahasiswa UMRAH. Ia menegaskan bahwa Indonesia harus memiliki strategi yang tepat di Indo Pasifik.

"Perlu ada mekanisme resolusi konflik di masa depan untuk wilayah yang diwarnai oleh kompetisi antara AS dan China, potensi titik panas di Indo Pasifik, terutama di LCS, Selat Taiwan dan Samudera Hindia," kata Yayan yang diaminkan Rektor UMRAH Prof. Agung Dhamar Syakti.

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2023