Makassar (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sulawesi Selatan (BKKBN Sulsel) berkonsentrasi pada penurunan kasus stunting di Kabupaten Jeneponto, Sulsel.

"Hal ini mengingat 2 tahun berturut-turut, yakni 2021 dan 2022 Kabupaten Jeneponto tercatat tertinggi angka prevalensi stunting," kata Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Hj Andi Ritamariani di Makassar, Senin.

Dari tahun 2021 hingga 2022 kasus anak stanting tertinggi di Sulsel masih berada di Kabupaten Jeneponto.

"Kabupaten Jeneponto merupakan daerah di Sulsel yang paling tinggi angka stuntingnya, yakni 39,8 persen, karena itu harus diintervensi bersama semua stakeholder," ujar Andi Rita.

Baca juga: BKKBN Sulsel apresiasi Pemkab Gowa gandeng USAID tangani stunting

Baca juga: Pemkab Buton belajar strategi penanganan stunting di BKKBN Sulsel


Sebaliknya, untuk angka stunting terendah di Sulsel berada di Kota Makassar.

Pada 2022 lalu angka prevalensi stunting di Makassar turun menjadi 18,04 persen.

Sementara untuk wilayah yang paling tinggi turunnya itu ada di Kabupaten Barru. Dari 26,4 turun menjadi 14,1 persen.

Dengan angka 14,1 persen tersebut, kata dia, Kabupaten Barru itu tercatat yang mudah sekali menekan stunting. Padahal kesempatan untuk mengintervensi itu kurang lebih dua tahun.

Khusus mengenai penanganan Stunting di Jeneponto, menurut Andi Rita karena Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) setempat belum bekerja secara optimal.

Padahal kata dia, tugas TPPS itu berjenjang, dari Provinsi, Kabupaten, Kecamatan sampai ke tingkat desa sesuai dengan Perpres Nomor 72 Tahun 2021 dan Perda Nomor 17 Tahun 2021 untuk penurunan Stunting.*

Baca juga: Dinkes Sulsel: Butuh partisipasi lintas sektor untuk cegah stunting

Baca juga: Kepala BKKBN Sulsel: Tingkatkan inovasi-kolaborasi turunkan stunting

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023