Pernyataan Dubes Heri yang disampaikan di Tokyo, Rabu, tersebut merupakan tanggapan atas permintaan Wali Kota Kakamigahara Asano Kenji dan Wali Kota Seki Ozeki Kenji akan kebutuhan perawat untuk lansia di Jepang.
Heri mengungkapkan kendala utama para pekerja Indonesia untuk masuk ke Jepang adalah kemampuan Bahasa Jepang.
“Hal ini kiranya dapat dimitigasi dengan adanya kerja sama sandwich program Bahasa Jepang antara universitas di Indonesia dan universitas di Jepang,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Kehakiman Jepang, terdapat 255 tenaga dengan keterampilan khusus (specified skilled worker) dan 833 pemagang di Prefektur Gifu.
Oleh karena itu, kedua wali kota berharap lebih banyak lagi perawat asal Indonesia dapat bekerja di Jepang.
Baca juga: Indonesia-Jepang siapkan pilot project pelatihan perawat lansia Jepang
Selain berdialog tentang kerja sama soal tenaga kerja, Dubes Heri dan kedua wali kota juga membahas upaya penguatan kerja sama di bidang pendidikan dan olahraga.
Jepang saat ini tengah mengalami aging society atau banyaknya penduduk yang menua sehingga krisis sumber daya manusia (SDM) usia produktif.
Dalam momentum ke-65 tahun hubungan diplomatik dan persahabatan Indonesia-Jepang, kerja sama di bidang SDM merupakan salah satu agenda utama Jepang.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji sebelumnya menekankan agar Indonesia dan Jepang dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk memperkuat kerja sama di berbagai bidang.
Untuk itu, menurut dia, akan lebih banyak sektor di mana Jepang membutuhkan Indonesia.
“Saya bertekad untuk memperkuat kerja sama di berbagai bidang dengan mengedepankan masa depan kedua negara,” katanya.
Baca juga: Puan dukung peningkatan kualitas perawat Indonesia di Jepang
Baca juga: Perawat Indonesia yang dikirim ke Jepang meningkat 5 tahun terakhir
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023
