Angka keberhasilan Tuberkulosis di Indonesia masih jauh dari target 90 persen, rata-rata antara 65-70 persen dan tahun lalu dilaporkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk treatment coverage-nya adalah 74 persen...
Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menilai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengentaskan penyakit Tuberkulosis (TB) masih jauh dari capaian target yang ditentukan dalam eliminasi TB tahun 2030.

“Angka keberhasilan Tuberkulosis di Indonesia masih jauh dari target 90 persen, rata-rata antara 65-70 persen dan tahun lalu dilaporkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk treatment coverage-nya adalah 74 persen dan keberhasilannya masih di bawah 90 persen,” kata Ketua Umum PDPI Agus Dwi Susanto dalam Konferensi Pers: Yes We Can End TB yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Agus menuturkan penularan Tuberkulosis yang terjadi melalui droplets atau udara itu, berdasarkan data dari Global Tuberculosis Report 2022, telah menyebabkan Indonesia menempati peringkat kedua di dunia sebagai negara dengan estimasi jumlah kasus baru yakni 969.000 kasus, setelah India.

Baca juga: Pemerintah bangun kolaborasi lintas sektor untuk eliminasi TBC

Artinya, satu dari 33 orang yang hidup di Indonesia dipastikan menderita Tuberkulosis. Bahkan BPJS Kesehatan melaporkan bila penyakit yang dijuluki sebagai The Great Imitator karena bisa mengenai bagian tubuh lain selain paru tersebut, merupakan salah satu penyakit yang biaya penanggulangannya terbilang sangat mahal.

“Hampir semua organ tubuh kita bisa kena kecuali rambut dan kuku. Penanganan Tuberkulosis dari tahun 2002 kita dapatkan Rp5,2 triliun yang dilaporkan oleh BPJS Kesehatan untuk biaya penanggulangan Tuberkulosis,” ucap Agus.

Menurutnya, pengawalan pada pasien Tuberkulosis belum bisa dikatakan baik. Seharusnya semua pihak belajar dari pengalaman COVID-19 agar saling bahu membahu mengatasi penyakit tersebut baik sejak deteksi dini pelacakan kasus, pengobatan, hingga masa rehabilitasi.

Baca juga: Kemenkes: Hanya 24 persen penderita tuberkulosis akses fasyankes

Hal itu dikarenakan Tuberkulosis merupakan penyakit yang bisa dipengaruhi oleh faktor ekonomi hingga sosial, dengan tingkat penularan yang terbilang mudah yakni melalui droplets atau udara.

“Tentunya ini ditakutkan kalau kita tidak temukan dan tidak kita obati, kasus Tuberkulosis ini akan jadi sumber penularan dalam masyarakat dan kasusnya tidak tertangani juga tidak bisa tereliminasi. Mulai dari masyarakat, lembaga sosial masyarakat, pemerintah, tenaga kesehatan, termasuk dokter, dan media yang membantu pentingnya Tuberkulosis ini untuk bisa dihadapi bersama supaya hilang dari Indonesia,” katanya.

Ia berharap semua strategi nasional yang dijalankan oleh pemerintah bisa memberikan hasil dan dampak yang baik bagi kesehatan di Indonesia khususnya dalam eliminasi kasus Tuberkulosis.

Baca juga: Pakar: Belum semua kasus TB bisa diobati dan disembuhkan

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023