Sleman (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau pelaku jasa usaha pariwisata yang berada di kawasan lereng Gunung Merapi untuk selalu mematuhi aturan zona aman bahaya bencana erupsi dan ancaman bencana lainnya.

"Selain pengelola dan pelaku jasa usaha pariwisata, wisata atau pengunjung juga kami imbau untuk selalu berada di zona aman dan mematuhi rambu maupun aturan yang ada," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Makwan di Sleman, Jumat.

Menurut dia, pada bulan puasa ini diperkirakan akan banyak masyarakat atau wisatawan yang mengisi waktu dengan mengunjungi destinasi wisata di lereng Merapi.

"Zona aman yang ditetapkan saat ini adalah dengan jarak tujuh kilometer dari puncak Merapi untuk wilayah barat daya, meliputi aliran Sungai Bebeng, Krasak dan Boyong. Sedangkan untuk wilayah selatan jarak aman lima kilometer dari puncak, meliputi aliran Sungai Kuning, Gendol dan Senowo," katanya.

Ia mengatakan, setelah guguran lava dan awan panas guguran yang cukup besar pada 10 Maret, saat ini memang masih beberapa kali terjadi guguran lava, dengan jaraknya luncuran antara satu hingga dua kilometer dan dominan ke arah barat daya ke Sungai Bebeng dan Krasak.

"Kami juga mewaspadai potensi guguran dan awan panas melalui aliran Sungai Boyong, karena beberapa hari lalu terpantau guguran yang melalui aliran sungai ini," katanya.

Sebelumnya Pemerintah Kabupaten Sleman juga telah menyiapkan skenario sebagai antisipasi jika Gunung Merapi mengalami erupsi dalam skala yang besar.

"Kami tidak bisa menyepelekan alam, meskipun saat ini sesuai rekomendasi dari BPPTKG jarak aman di wilayah selatan lima kilometer dan barat di tujuh kilometer. Tapi jika memang statusnya meningkat, sudah kita siapkan skenarionya," kata Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo.

Menurut dia, yang menjadi prioritas dalam skenario mitigasi tersebut adalah dengan mengevakuasi warga yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi.

Saat ini terdapat tujuh kelurahan yang berada di wilayah KRB III seperti Kepuharjo, Umbulharjo, Glagaharjo, Hargobinangun, Purwobinangun, Girikerto dan Wonokerto.

"Prioritas evakuasi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, difabel, ibu hamil dan ibu menyusui," katanya.

Ia mengatakan, untuk mobilitas warga, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman dan instansi terkait telah mengecek di lapangan dan semuanya dalam kondisi siap.

"Kendaraan untuk mobilitas di setiap wilayah sudah ada. Mulai dari truk, pick up, ada yang mobil pribadi dan kendaraan roda dua semua sudah standby," katanya.

Kustini menegaskan kesiapan barak pengungsian untuk digunakan apabila kondisi darurat berlangsung. Setidaknya ada sekitar 40 barak pengungsian dan nonbarak pengungsian yang dikelola oleh pemerintah.

"Kondisi barak pengungsian baik utama dan penyangga sudah siap, kebutuhan logistik dari dapur umum juga sudah siap jika darurat. Dan seluruh relawan dari tagana juga siap," katanya.

Ia mengatakan, sejumlah warga yang berada di wilayah KRB III juga terus melakukan jaga malam atau ronda. Warga juga intens melakukan komunikasi melalui radio Handy Talky (HT).

"Jaga malam terus jalan. Komunikasi intens terkait pengamatan gunung kalau ada apa-apa langsung dilaporkan. Ronda malam ini sudah dilakukan secara sadar sejak dulu apabila ada tanda-tanda dari Merapi tanpa perlu ada perintah," katanya.

 

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Maswandi
Copyright © ANTARA 2023