Jakarta (ANTARA) -
Pakar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, Juwari mengatakan jarak "buffer zone" berstandar internasional di negara-negara maju patut menjadi contoh bagi objek vital nasional di Tanah Air.
 
"Buffer zone (zona penyangga) sangat dibutuhkan untuk mencegah bahaya sampai ke masyarakat. Untuk itu, kondisi buffer zone pada industri di negara maju yang jauh dari permukiman patut dicontoh di Indonesia,” kata Juwari, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
 
Menurutnya, keberadaan buffer zone memang bernilai penting di semua objek vital nasional, terutama bagi industri atau objek vital yang memiliki potensi bahaya, seperti kebakaran, ledakan, dan kebocoran bahan beracun.
 
Sebagaimana dikemukakan dalam Indonesia Iso Expert Association (IIEA) Forum Discussion, 9 Maret 2023, tidak ada masyarakat yang bermukim di terminal BBM di negara maju.
 
Meskipun begitu, lanjut Juwari, belum ada ketentuan baku mengenai jarak buffer zone. Jarak tersebut bergantung pada masing-masing potensi bahaya dari industri atau objek vital nasional.
 
Juwari mencontohkan dua industri atau objek vital nasional yang sama, yakni bahan kimia. Meskipun sama-sama bahan kimia, kata dia, ternyata ada perbedaan mengenai jarak buffer zone yang ideal antara bahan kimia beracun dan bahan kimia yang hanya mudah terbakar dan meledak.

Baca juga: Legislator minta perluasan "buffer zone" Depo Plumpang selesai 3 bulan
Baca juga: Pengamat: Buffer Zone TBBM Plumpang seharusnya bebas dari permukiman
 
“Bahan kimia beracun membutuhkan buffer zone lebih jauh dibandingkan yang hanya mudah terbakar dan meledak. Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi kebocoran agar tidak mengalir dan terbawa angin karena bisa meracuni warga. Sementara itu, bahan kimia yang hanya berpotensi meledak, buffer zone dibutuhkan untuk mencegah dari dampak ledakan saja,” ucap dia.
 
Walaupun tidak ada standar yang baku, menurut Juwari, buffer zone berstandar internasional di luar negeri yang steril dari penduduk bisa dicontoh oleh Indonesia.
 
"Jika sangat dekat, penduduk pasti akan merasa terganggu, apalagi bahaya fisika seperti kebisingan, getaran, dan limbah industri yang perlu diolah sebelum dibuang ke lingkungan,’’ kata dia.
 
Berdasarkan gambaran itu, Juwari menilai positif jarak buffer zone di berbagai industri pupuk, seperti Petrokimia Gresik, Jawa Timur, yang berjarak 250-310 meter dari permukiman penduduk terdekat. Selain itu, ada pula industri Pupuk Sriwijaya Palembang, Sumatera Selatan, yang berjarak 400 meter dari permukiman warga. Bahkan, Pupuk Kaltim memiliki buffer zone dengan jarak hingga 800 meter dari permukiman.
 
"Semakin jauh, akan semakin baik mengantisipasi timbulnya potensi bahaya kebocoran, ledakan, dan kebakaran," kata dia.
 
Juwari menilai positif rencana PT Pertamina membangun kanal air di sekitar buffer zone.
 
"Rencana ini sangat baik dan tentu perlu dukungan semua pihak demi keselamatan semua,’’ kata dia.

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023