Jakarta (ANTARA News) - Setelah dipaksa oleh ayahnya untuk mencari pertolongan rehabilitasi akibat dugaan mengkonsumsi dua liter minuman keras setiap hari, kini Lindsay Lohan dilaporkan kembali dalam ketergantungan minuman keras.

Hal ini terjadi setelah aktris Hollywood tersebut terlibat pertengkaran hebat di sebuah klub malam di Kota New York pada minggu lalu.

Dengan adanya kejadian ini, berarti Lindsay telah menodai masa percobaannya, sehingga ada kemungkinan aktris ini akan menjalani masa penahanan di penjara.

Namun bintang film "Liz and Dick" ini menolak untuk menjalani rehabilitasi ketergantungan alkohol, meskipun dirinya telah dituntut atas tindak kekerasan setelah memukul seorang perempuan di klub malam yang berlokasi di daerah elit Manhattan.

Menurut TMZ, teman-teman terdekat Lindsay juga telah memaksa dia untuk menjalani rehabilitasi bagi pecandu alkohol.

Lindsay bersikeras bahwa dirinya tidak memiliki masalah kecanduan alkohol. Sebagai bukti Lindsay mengatakan bahwa dirinya baru-baru ini telah menyelesaikan syuting untuk tiga buah film layar lebar.

"Saya hanya ingin dia mendapatkan perawatan di panti rehabilitasi. Saya sangat mencintai dia, dan saya hanya ingin dia bisa mendapatkan bantuan yang memang dibutuhkannya," ujar Michael Lohan, ayah dari Lindsay Lohan, kepada HollyScoop dan dilansir oleh DailyMail.

Namun, Lohan tetap menolak bahkan tidak mau mendengarkan saran dari ayahnya tersebut. Sebelumnya, Michael dan putrinya itu terlibat perseteruan hebat setelah Michael membocorkan pembicaraan pribadi antara keduanya kepada pers. Sejak saat itu, Lindsay berpendapat bahwa ayahnya telah meninggal dunia.

Seorang sumber mengatakan bahwa pada saat mabuk, Lindsay biasanya berubah menjadi kasar dan bengis.

Menurut laporan, Lindsay diduga memukul seorang perempuan bernama Tiffany Ava Mitchell, tepat di wajahnya. Hal itu terjadi di klub malam bernama Avenue, setelah konser Justin Bieber. Pertengkaran itu terjadi karena mereka memperebutkan Max George, seorang personel 'boy band' The Wanted.

(M048)

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012