Jakarta (ANTARA) - PBB melalui United Nations Children’s Fund (UNICEF) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk memperkuat pemantauan penanganan stunting di lapangan.

“Saya sangat berharap untuk memberikan kontribusi kecil bersama tentu saja dengan tim yang luar biasa yang kami miliki di UNICEF,” kata Country Representative UNICEF Indonesia Maniza Zaman dalam keterangan resmi BKKBN di Jakarta, Rabu.

Dalam audiensi UNICEF bersama BKKBN di Jakarta pada Senin (3/4), Maniza mengatakan pemantauan lapangan disusur melalui kunjungan ke beberapa Kantor Perwakilan BKKBN di berbagai provinsi seperti Jawa Timur, Aceh, dan Papua.

Tujuannya adalah guna mengetahui kondisi lapangan secara riil dan mencatat berbagai ulasan dari tiap-tiap pemangku kebijakan, dalam upaya percepatan penurunan angka stunting.

Di sisi lain, UNICEF telah bekerja sama dengan Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN dalam kurun waktu 2021-2025 terkait program PAUD dan pola asuh yang positif.

“Dengan semangat yang sama, UNICEF juga berharap Indonesia dapat menunjukkan upaya penanganan stunting kepada dunia karena saat ini Indonesia telah diakui oleh global mengalami kemajuan dalam menuntaskan pekerjaan memerangi stunting,” katanya.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menanggapi bahwa upaya percepatan penurunan stunting sesuai arahan Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang memiliki lima pilar strategi.

Hanya saja dalam perjalanannya masih mengalami kendala untuk mengubah perilaku keluarga dan rumah tangga di pedesaan dan daerah perbatasan karena berkaitan dengan karakteristik kebudayaan yang berbeda.

“Jadi saya pikir kami membutuhkan dukungan dari UNICEF tentang bagaimana mengubah perilaku dengan kearifan lokal Indonesia," kata Hasto.

Di samping bekerja sama dengan UNICEF dan para mitra, Hasto menjelaskan pemantauan stunting di lapangan dipetakan melalui Pendataan Keluarga Tahun 2021 untuk mengetahui informasi keluarga berisiko stunting, rumah layak huni, sanitasi air bersih, dan berbagai indikator intervensi lainnya secara by name by address.

Data itu akan digunakan untuk melakukan program audit kasus stunting, serta digunakan oleh berbagai Kementerian/Lembaga dalam memerangi kasus stunting. Data lain juga dikumpulkan melalui aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil) yang bermanfaat mencegah kasus stunting pada calon pengantin.

“Mengingat saat ini, Indonesia memiliki 1,9 hingga 2 juta pasangan baru menikah dalam setahun serta 1,6 juta kehamilan di tahun pertama. Sedangkan 21,6 persen diantara 1,6 juta tersebut, terdapat kasus stunting,” kata Hasto.

Baca juga: BKKBN: Jaga kespro sampai usia lansia guna pertahankan SDM berkualitas

Baca juga: UNICEF sebut kemendesakan satuan pendidikan beri edukasi kespro

Baca juga: IDAI: Perhatikan waktu tidur dan makan anak selama perjalanan mudik


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023