Banjarmasin (ANTARA) -
Pemerintah Kota Banjarmasin, tertarik mengembangkan tanaman padi sistem apung di styrofoam sebagaimana yang berhasil dilakukan kelompok tani di Desa Hamayung di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan.
.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Banjarmasin M Makhmud di Banjarmasin, Kamis, pertanian tanam padi sistem apung di styrofoam jadi salah satu metode yang kini coba dikembangkan di Kalsel untuk mengatasi masalah cuaca tidak menentu.
 
"Karena intensitas hujan tinggi hingga membuat lahan pertanian tenggelam, tidak memungkinkan untuk tanam seperti biasa, hingga dicoba sistem tanam apung di styrofoam, ini metode yang baik, kita tertarik juga mencobanya," tutur Makhmud.

Baca juga: Kalsel kembangkan sistem pertanian padi apung di styrofoam
 
Apalagi, ucap dia, di Kota Banjarmasin banyak lahan rawa yang tidak memungkinkan lagi ditanami padi, sebab airnya tidak pernah surut lagi, hingga metode ini bisa dicoba di sana.
 
"Kita pelajari dulu seperti apa tanam padi sistem apung di styrofoam ini yang sudah berhasil di daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, padi apa yang pas, bisa kita coba skala kecil dulu," ujarnya.
 
Sebab dari informasi sementara yang pihaknya dapat dari pertanian tanam padi sistem apung di styrofoam di Kabupaten Hulu Sungai Selatan juga masih dilahan sekitar 0,6 hektare, artinya masih dalam uji coba.
 
"Dan informasinya berhasil panen, ini sangat baik bagi kemajuan pertanian di provinsi kita," papar Makhmud.

Baca juga: UMY kembangkan teknologi padi apung solusi hadapi penyusutan lahan
 
Apalagi, ungkap dia, pertanian Kalsel tidak hanya dilanda hujan yang tidak berkesudahan, hingga membuat lahan padi banyak yang kebanjiran dan tidak bisa dilakukan musim tanam, namun juga kekhawatiran kembali diserang virus tungro hingga padi jadi kerdil.
 
"Kan pada tahun lalu bisa dikatakan pertanian di daerah Kalsel mengalami hampir gagal panen, sebab diserang tungro, ini juga diakibatkan lahan pertanian yang lama terendam, musim hujan tidak berkesudahan," paparnya.

Baca juga: Kalsel siap naikkan produksi padi di atas 1,2 juta ton untuk IKN
 
Makhmud pun menyampaikan, wilayah pertanian padi di Kota Banjarmasin yang tinggal sekitar 3.000 hektare juga mengalami kondisi yang sama, hingga produksi padi tahun 2022 turun drastis, akibatnya harga padi lokal khususnya melambung tinggi.
 
"Inflasi di Kota Banjarmasin dipicu tingginya harga beras lokal yang mencapai Rp20 ribu perliter, padahal awalnya cuma Rp12 ribu perliter," paparnya.

Baca juga: Kalsel sudah panen padi sekitar 800 ribu ton gabah kering
 
Karenanya, ungkap dia, pertanian di Kota Banjarmasin didorong juga pengembangan tani di pekarangan.
 
"Khususnya untuk kebutuhan sayuran rumah tangga, kita dorong untuk memanfaatkan lahan pekarangan," ujarnya.

Baca juga: Balittra berhasil perpendek waktu tanam padi varietas lokal Kalsel
 
Dia menyampaikan, meski Kota Banjarmasin bukan sebagai daerah produksi padi, namun menjadi pasar pangan skala provinsi.
 
"Jadi semua ada di sini, sebab daerah kita jadi daerah perdagangan," paparnya.

Baca juga: Produksi padi Kalsel capai 1,1 juta ton selama 2021
Baca juga: BPTPH Kalsel terus tangani virus tungro serang 1.683 hektare padi

Pewarta: Sukarli
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023