Palu (ANTARA) -
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengatakan banjir yang menerjang Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah merupakan siklus berulang 10 tahun lalu.
 
"Banjir serupa pernah terjadi pada tahun 2014, sekarang siklusnya berulang. Banjir kali ini dengan ketinggian air sekitar 90 hingga 100 centimeter," kata Sekretaris BPBD Morowali Utara Delvia Parenta yang dihubungi dari Palu, Sabtu.
 
Menurut dia, situasi ini lazim terjadi karena hujan terus mengguyur dengan dengan intensitas sedang hingga lebat, karena banjir sebelumnya juga dipicu hujan lebat dengan durasi panjang selama berhari-hari mengakibatkan air sungai meluap hingga ke pemukiman warga.
 
Dari hasil asesmen lapangan oleh Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD setempat, bencana hidrometeorologi ini 2.581 kepala keluarga merasakan dampak banjir (data sementara) dari tujuh desa terendam yakni Desa Ulula'a, Togo, Sampalowo, Moleono, Onepute, Bunta dan Tompira di Kecamatan Petasia Barat.

Baca juga: BPBD sebut 2.335 KK terdampak banjir di Morowali Utara

Baca juga: Basarnas: 41 korban banjir Morowali Utara Sulteng dievakuasi
 
Hingga kini, kondisi air belum surut dan dilaporkan ketinggian air mencapai 90 hingga 100 centimeter pada titik-titik tertentu.
 
"Banjir merendam sekitar 11 fasilitas umum terdiri dari rumah ibadah, puskesmas, sekolah dan kantor desa, termasuk 143 hektare kebun milik warga," ujarnya.
 
Ia mengemukakan penanganan banjir sudah berlangsung tiga hari dengan melakukan penyaluran logistik berupa bahan makanan, air bersih dan kebutuhan mendesak lainnya.
 
Masing-masing desa, katanya, telah didirikan posko tanggap bencana dilengkapi dengan fasilitas layanan pemeriksaan kesehatan, dapur umum maupun tempat penyimpanan logistik.
 
"Bupati berada di lokasi mulai banjir pertama hingga hari ini memantau perkembangan situasi. Tentunya Pemkab Morowali Utara komitmen memberikan perlindungan terhadap warga terdampak. Kami juga membuka diri bila ada pihak lain ikut membantu menyalurkan logistik," tutur Delvia.
 
Ia juga meminta warga tetap tenang, dan selalu berkoordinasi dengan pemerintah setempat serta tidak mudah percaya dengan informasi beredar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
 
"Penanganan bencana ini, kami dibantu TNI/Polri, PMI, Basarnas dan relawan lainnya melakukan proses evakuasi warga. Evakuasi juga menggunakan perahu karet oleh tim SAR gabungan di wilayah-wilayah dengan ketinggian air tertentu," ucapnya.*
   

Pewarta: Mohamad Ridwan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023