Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengungkapkan, industri sawit Indonesia pada periode Januari-Februari 2023 menyumbang devisa bagi RI sebesar 5,29 miliar dolar AS.
 
“Ekspor minyak sawit dalam neraca perdagangan Indonesia dalam neraca perdagangan kontribusinya positif, sampai dengan Februari ini masih 5,29 miliar dolar AS. Ini sebabkan neraca perdagangan kita positif,” ujar Eddy dalam media gathering yang digelar di Jakarta, Jumat.
 
Eddy juga menuturkan, nilai ekspor mengalami kenaikan dari 2,6 miliar dolar AS pada Januari 2023 menjadi 2,68 miliar dolar AS pada Februari 2023 ini.
 
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan ekspor pada olahan minyak sawit dari 2.121 ribu ton pada bulan Januari menjadi 2.254 ribu ton pada bulan Februari (harga produk olahan lebih tinggi dari harga bahan baku CPO).
 
Gapki juga mencatat jumlah konsumsi dalam negeri berangsur meningkat, yakni pada 2022 mencapai 20,9 juta ton, sementara pada tahun 2021 tercatat sebesar 18,4 juta ton dan 2019 sebesar 16,7 juta ton.
 
“Kalau kita melihat produksi 4 tahun terakhir memang kecenderungannya sudah stagnan, sementara dari grafik konsumsi justru terjadi kenaikan,” paparnya.
 
Lebih lanjut, Eddy pun meyakini pada 2023 kenaikan konsumsi akan terjadi karena adanya mandatory B35 yang diprediksi mendongkrak konsumsi hingga 3 juta ton.
 
Untuk mencapai target tersebut, pihaknya meminta pemerintah agar program peremajaan sawit rakyat (PSR) dapat segera dilakukan.
 
Kemudian, Gapki turut mencatat tren penurunan volume ekspor pada Februari 2023 sebanyak 2,91 juta ton, sementara pada Januari tercatat sebesar 2,94 juta ton.

Baca juga: IPB ciptakan helm proyek berbahan tandan kosong kelapa sawit

Baca juga: Gapki sebut perlu penyamaan persepsi hadapi kampanye negatif sawit

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023