Karuizawa, Jepang (ANTARA) - Hubungan antara China dan Eropa akan ditentukan oleh perilaku Beijing, termasuk yang terjadi dengan Taiwan, kata Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (EU) Josep Borrell pada Minggu (16/4).

Komentar dari Borrell yang juga menjadi Perwakilan Tinggi EU dalam pembukaan pertemuan para menlu G7 itu, disampaikan dalam pidato yang menggarisbawahi dua tema yang menjadi fokus dari pertemuan tiga hari tersebut.

Dua tema itu adalah perlunya kesatuan pandangan terhadap China, serta kekhawatiran tentang Taiwan.

China menjadi sorotan utama dari para menlu negara-negara demokrasi maju yang sedang bertemu di kota resor Karuizawa, Jepang.

Sebagai satu-satunya negara anggota dari Asia dalam kelompok tersebut, Jepang memiliki kecemasan mendalam mengenai tetangganya China yang mengembangkan kekuatannya di kawasan, khususnya dalam kemungkinan tindakan militer melawan Taiwan.

"Apa pun yang terjadi di Selat Taiwan akan sangat berarti bagi kami," kata Borrell.

Dia menekankan pentingnya untuk selalu berhubungan dengan China dan tetap menjaga jalur komunikasi terbuka.

Dia menggambarkan China sebagai "mitra, pesaing, dan rival sistemik" serta menyatakan bahwa terkait berbagai hubungan dengan EU akan cenderung "bakal ditentukan oleh perilaku China".

Para menlu membuka pertemuan tingkat menteri dengan sebuah jamuan makan yang diadakan pada Minggu malam dengan pembahasan terkait Indo-Pasifik. Pembahasan berfokus kepada China, kata seorang pejabat kementerian luar negeri yang berbicara secara anonim.

"Menteri luar negeri Jepang menyatakan bahwa hubungan dengan China membutuhkan keterlibatan yang lugas dan terbuka, yang disetujui para menlu lainnya," katanya. Dia menambahkan bahwa para menlu G7 mencari sebuah resolusi damai terkait status politik Taiwan.

Baca juga: Para pemimpin UE mundur selangkah untuk bersaing dengan AS dan China

Beijing berpandangan bahwa Taiwan adalah wilayah China dan tidak pernah mengendurkan upayanya untuk menguasai pulau yang dikelola secara demokratis. Pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen menyatakan hanya penduduk pulau tersebut yang dapat menentukan masa depan mereka.

Komentar terbaru dari Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menekankan perbedaan potensial antara Eropa dan Amerika Serikat mengenai China

Dalam wawancara setelah mengunjungi China bulan ini, Macron menekankan perlunya kehati-hatian agar tidak terseret kepada krisis terkait Taiwan yang didorong "irama Amerika Serikat dan reaksi berlebihan China".

Ini menimbulkan reaksi balasan, dan pada Jumat pejabat kebijakan luar negeri Eropa mengambil pendirian yang tegas dengan mendorong Beijing untuk tidak menggunakan kekuatan terhadap Taiwan.

"Terdapat kekhawatiran kolektif mengenai sejumlah tindakan yang diambil China," kata pejabat AS yang menolak untuk disebutkan namanya karena informasi yang sensitif.

Pejabat itu menyatakan kemungkinan adanya diskusi tentang bagaimana para anggota dapat melanjutkan untuk mengambil "pandangan yang sama dan terukur".

Pernyataan G7 terbaru juga mencakup seruan untuk keterlibatan yang terus terang dan konstruktif dengan Beijing sembari mengenali bahwa "setiap anggota G7 memiliki hubungan ekonomi mendalam" dengan negara ekonomi terbesar kedua itu, kata pejabat tersebut.

Menlu Jerman Annalena Baerbock berupaya menekankan kesatuan di antara anggota G7.

"Sebagai negara-negara demokrasi, kami sukses dalam berkompetisi sistemik dengan kekuatan autokrat ketika para mitra dan teman kami di seluruh dunia memiliki keyakinan pada kami. Kami harus menghindari bahwa kesatuan ini disalahpahami oleh pihak lainnya sebagai pemisahan atau keretakan baru telah terbuka," katanya dalam sebuah pernyataan sebelum lawatannya ke Jepang.

Jepang sebagai tuan rumah mengkhawatirkan tentang meningkatnya krisis di Ukraina serta potensi bagi intervensi militer China di Taiwan.

"Bagi Jepang, G7 adalah landasan guna menyampaikan bahwa isu keamanan tidaklah hanya mengenai perang Ukraina," kata Yoichiro Sato, profesor hubungan internasional di Universitas Asia Pasifik Ritsumeikan.

"Menempatkan China sebagai agenda tidak hanya penting bagi Jepang, tetapi juga bagi Amerika Serikat," katanya menambahkan.

Sumber : Reuters

Baca juga: Pemimpin Uni Eropa mungkin kunjungi China pertengahan 2023

Baca juga: AS pertimbangkan sanksi terhadap China untuk melindungi Taiwan
 

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023