Jakarta (ANTARA) - Dewan Penasihat ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia) Diaz Hensuk menjelaskan bahwa salah satu tantangan dalam pemilihan logo Ibu Kota Nusantara adalah saat proses mengkurasi dari 500 nama desainer menjadi lima desain.

"Kita melakukan open call dan masuk 500 nama dari negara kita dan harus eksklusif dari ADGI. Kita tidak menerima entry dari publik yang luas. 500 itu masuk ke dalam sistem kita, lalu muncul problem pertama. Gimana cara kita mutusin dari 500 jadi 10. Berarti kita harus ambil 490 sisanya," jelas Diaz saat konferensi pers di Jakarta Selatan, Senin.

"Pekerjaan paling berat ADGI di tahap ini adalah mengkurasi, bahwa kemungkinan si designer satu memenangkan itu kerasanya sama besar dibanding sembilan lainnya. Jadi ketika sudah masuk dalam 10 besar, siapapun bisa menang. Kita harus milih benar-benar yang terbaik untuk mereka bisa maju ke tahap selanjutnya," imbuhnya.

Lebih dalam, Diaz menjelaskan bahwa sepuluh desain yang telah terpilih pun kemudian masuk ke dalam proses pengkayaan materi. Setelah itu, kesepuluh desainer yang telah terpilih melakukan presentasi langsung ke kepala hingga wakil kepala ADGI.

Baca juga: Jokowi ajak partisipasi publik pilih logo IKN berhadiah motor listrik

"Sepuluh desain yang sudah terpilih dari lintas kota ini akhirnya mereka harus masuk dalam pengkayaan materi. Mereka harus menyadari dulu kapasitas IKN itu cuma dipakai setahun atau sampai 2045. Jadi mereka harus paham konteksnya," terangnya.

"Sepuluh desainer ini presentasi langsung ke kepala, wakil kepala dan jajaran otorita. Habis itu dari 10 presentasi desainer, kita dari ADGI memberi rekomendasi 5 nama kepada Pak Jokowi. Jadi Pak Jokowi meminta 5 rekomendasi dari kita, dan kita berikan. Dengan segala pertimbangan, Pak Jokowi memilih 5 yang sekarang," sambungnya.

Namun ternyata tak sampai di situ saja. Diaz menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo pun ingin masyarakat ikut andil dalam memilih logo IKN. Pihak ADGI pun kemudian mendukung hal tersebut.

"Ternyata nggak berhenti sampai di situ. Bapak menginginkan ini dipilih secara terbuka di masyarakat Indonesia secara luas. Jadi, kita mendukung 100 persen ketika sistemnya itu bisa transparan. Misalnya transparansi berapa banyak yang sudah voting per harinya," ujar Diaz.

Baca juga: Otorita IKN mengajak masyarakat untuk memilih logo baru IKN

"Prosesnya sampai di hari ini sudah sampai 302.000 voters per hari ini. Kita nggak punya target spesifik akan menyentuh angka berapa. Tapi kalau kita bisa menyentuh satu juta voters sampai akhir Mei, kenapa nggak?” lanjutnya.

Di sisi lain, Dewan Penasihat ADGI Derrie Kleefstra juga mengungkapkan bahwa gagasan untuk mengadakan voting logo ini juga merupakan tantangan bagi pihaknya. Sebab, para desainer saat itu harus membuat video tentang desain mereka masing-masing dalam waktu beberapa hari.

"Tantangannya kali ini juga misal tidak ada pembahasan soal voting. Tiba-tiba akan ada voting dan para desainer harus membuat video tentang masing-masing desain mereka dalam waktu beberapa hari," ungkap Derrie.

"Jadi hal-hal seperti itu sih yang sangat challenging buat kita. Tapi itu pengalaman yang menarik juga sih. Membangun mental para desainer juga untuk bisa keep up terus,” pungkasnya.

Baca juga: ADGI umumkan lima desain siap dipilih untuk jadi logo IKN

Baca juga: OIKN: Delegasi anggota kongres AS apresiasi pembangunan kota hutan IKN

Baca juga: Mahfud MD: IKN diharapkan jadi kota inklusif yang ciptakan kerukunan

 

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023