Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam rival utamanya, turun 0,078 persen menjadi 102,01, setelah naik 0,5 persen semalam
Singapura (ANTARA) - Dolar melemah di sesi Asia pada Selasa sore, setelah kenaikan tajam semalam karena data ekonomi AS yang kuat memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada Mei, sementara pemulihan ekonomi China semakin cepat pada kuartal pertama.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam rival utamanya, turun 0,078 persen menjadi 102,01, setelah naik 0,5 persen semalam.

Produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 4,5 persen tahun-ke-tahun dalam tiga bulan pertama tahun ini, data menunjukkan pada Selasa, mengalahkan perkiraan para analis untuk ekspansi 4,0 persen karena berakhirnya pembatasan COVID-19 mengangkat ekonomi terbesar kedua di dunia itu keluar dari kemerosotan.

Data terpisah pada aktivitas Maret juga dirilis pada Selasa menunjukkan pertumbuhan penjualan ritel meningkat menjadi 10,6 persen, mengalahkan ekspektasi dan mencapai level tertinggi hampir dua tahun, sementara pertumbuhan output pabrik juga meningkat tetapi sedikit di bawah ekspektasi.

Ahli strategi mata uang OCBC, Christopher Wong, mengatakan itu adalah laporan yang cukup menggembirakan, dengan penjualan ritel, PDB, dan penjualan properti semuanya lebih tinggi dari yang diharapkan, memperkuat bahwa momentum pemulihan pasca pandemi tetap utuh.

Yuan China di luar negeri turun 0,02 persen menjadi 6,8795 per dolar.

Baca juga: Dolar turun di Asia setelah reli sesi sebelumnya, fokus data China

Di AS, data yang dirilis pada Senin (17/4/2023) menunjukkan kepercayaan di antara pengembang rumah keluarga tunggal meningkat selama empat bulan berturut-turut pada April, sementara aktivitas manufaktur di negara bagian New York meningkat untuk pertama kalinya dalam lima bulan.

Pasar memperkirakan peluang 91 persen Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya pada Mei, alat CME FedWatch menunjukkan, dengan pedagang mengharapkan penurunan suku bunga menjelang akhir tahun.

"Dolar dapat tetap sensitif terhadap kekuatan, atau tidak, data ekonomi karena Fed kemungkinan mendekati akhir dari siklus pengetatan mereka," kata Kristina Clifton, seorang ekonom di Commonwealth Bank of Australia (CBA).

Sementara itu, euro naik 0,07 persen menjadi 1,0934 dolar, tetapi berada di bawah level tertinggi satu tahun di 1,10755 dolar yang disentuh minggu lalu, dengan para pedagang memperkirakan kawasan itu akan tetap pada jalur pengetatan moneternya.

Yen Jepang datar di 134,48 per dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan di 1,2381 dolar, naik 0,06 persen hari ini.

Investor akan fokus pada data ketenagakerjaan Inggris di kemudian hari yang berpotensi menyebabkan beberapa volatilitas dalam pound jika laporan tersebut menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tidak mendingin.

Clifton dari CBA mengatakan para pembuat kebijakan Inggris akan mengamati data upah dengan cermat untuk konfirmasi lebih lanjut bahwa pertumbuhan pendapatan sektor swasta melambat.

Kiwi naik 0,10 persen menjadi 0,619 dolar AS, sedangkan dolar Australia naik 0,22 persen menjadi 0,672 dolar AS.

Risalah pertemuan terakhir bank sentral Australia (RBA) menunjukkan bahwa bank sentral mempertimbangkan kenaikan suku bunga ke-11 berturut-turut pada April sebelum memutuskan untuk berhenti.

Namun demikian, bank sentral mengatakan siap untuk memperketat lebih lanjut jika inflasi dan permintaan gagal mereda.

Baca juga: Dolar "rebound" karena ekspektasi kenaikan suku bunga Fed meningkat

Baca juga: Dolar jatuh ke terendah 1-tahun di Asia terseret pendinginan inflasi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023