momentum ini selalu dinanti-nantikan masyarakat
Ambon (ANTARA) - Ratusan warga Hila, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah menggelar tradisi pawai obor keliling kampung pada malam tujuh likur, atau malam ke-27 di bulan Ramadhan.

Pawai obor ini diikuti ratusan warga Hila, baik dari kalangan anak-anak, remaja hingga orang dewasa dengan antusias serta meriah.

Koordinator aksi pawai obor malam tujuh likur, Djamaludin, di Ambon, Selasa, mengatakan, apa yang dilakukan warga Hila merupakan bentuk dari merawat tradisi yang sudah ada sejak jaman dulu.

"Dan ini hal yang sangat positif. Di malam ini, kita terangi negeri kami dengan ratusan cahaya obor sambil menggemakan dzikir dan puji-pujian kepada Allah SWT," kata Djamaludin.

Baca juga: Warga Kabauw dan Pelauw tabur bunga dalam tradisi 27 Likur Ramadhan
Baca juga: Menjaga tradisi nyalakan lampu pelita di penghujung Ramadhan

Tradisi tersebut juga diselingi dengan melantunkan shalawat dan puji-pujian kepada Sang Pencipta. Meskipun berjalan sepanjang ratusan meter, tapi mereka tetap terlihat semangat dan bergembira.

Ia mengaku, pawai obor bukan hanya sekadar berjalan, tetapi ada makna mendalam di balik pawai obor tersebut. Menurutnya, dzikir dan shalawat yang dilantunkan tidak lain untuk mengucap syukur atas segala yang diterima dari Allah SWT.

"Kita bukan sekadar euforia tetapi ingin menebar nilai-nilai positif," terangnya.

Selain itu, Warga Hila, Ari Launuru mengaku, kendati pawai obor terkesan tradisional, tetapi momentum seperti ini selalu yang dinantikan masyarakat negeri Hila.

"Karena sudah menjadi tradisi tahunan, makanya momentum ini selalu dinanti-nantikan masyarakat," ucapnya.

Diketahui, selain pawai obor, obor juga dinyalakan di masing-masing depan rumah dan kawasan pemakaman umum.

Baca juga: Ritual khas Ramadhan di Ternate
Baca juga: Jelang Idul Fitri, Pemkab Gorontalo gelar tradisi Tumbilotohe

 

Pewarta: Winda Herman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023