Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat tetap memakai masker dan menjalani hidup sehat untuk mencegah potensi lonjakan kasus COVID-19 terutama pada golongan lanjut usia dan kelompok yang belum melakukan vaksinasi.

“Masyarakat agar aktif kembali memakai masker," kata Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

Imbauan memakai masker ditujukan terutama untuk orang yang sedang sakit (flu), orang yang kontak erat dengan orang yang sedang sakit dan apabila kita berada di keramaian dan kerumunan.

Seiring dengan naiknya kasus COVID-19 khususnya di Singapura dan India, kata Syahril, walaupun kasus baru mengalami penurunan ke 1.145 pada Kamis (20/4) dari sebelumnya 1.242, tetapi angka kematian naik menjadi 13 kasus dari sebelumnya 12.

"Tidak lupa jaga kesehatan untuk mencegah kasus kembali naik,” katanya.

Baca juga: Kemenkes sebut Arcturus 1,5 kali lebih menular dibanding Kraken
 
Sejumlah calon pemudik menunggu jadwal keberangkatan bus di Terminal Kalideres, Jakarta, Selasa (18/4/2023). Pada H-4 Lebaran, Terminal Kalideres terpantau ramai pemudik dan menurut data dari pengelola terminal ada sebanyak 2.431 pemudik dengan 157 kendaraan yang berangkat. ANTARA FOTO/Fauzan/tom. 
Kasus aktif pun naik menjadi 10.881 pada Kamis (21/4) dari sebelumnya 10.448. Sedangkan pasien yang dirawat dalam rata-rata tujuh hari terakhir mengalami kenaikan menjadi 1.617, dari hari sebelumnya 1.573.

“Kita wajib menjaga kelompok lanjut usia sebagai kelompok yang rentan tertular dan masuk rumah sakit,” ujar Syahril.

Selain itu, Syahril mengungkapkan bahwa kenaikan COVID-19 dalam beberapa minggu terakhir ini dipicu oleh varian baru sub varian Arcturus atau XBB 1.16 yang sangat menular.

Adapun sejumlah gejala dari varian ini antara lain kasus konjungtivitis (mata merah) terutama pada anak-anak, demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas dan kelelahan.

Nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah dan diare.

Baca juga: Antisipasi lonjakan COVID, Kemenkes evaluasi prokes pada mudik Lebaran
 
Sejumlah pemudik membawa barang bawaannya menuju bus di Terminal Pondok Pinang, Jakarta, Rabu (19/4/2023). Kementerian Perhubungan memprediksi puncak arus mudik lebaran 2023 akan terjadi pada Rabu (19/4/2023) malam hingga Kamis (20/4/2023). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/YU
Syahril juga menyebutkan, sepuluh provinsi dengan kasus konfirmasi tinggi pada Kamis (21/4) adalah DKI (lokal 491, Pelaku Perjalanan Luar Negeri atau PPLN 19), Jawa Barat (lokal 200, PPLN 0), Jawa Timur (lokal 147, PPLN 0) dan Jawa Tengah (lokal 99, PPLN 1).

Banten (lokal 86, PPLN 0), DIY (lokal 41, PPLN 0), Bali (lokal 10, PPLN 0), Sulawesi Selatan (lokal 10, PPLN 0), Lampung (lokal 6, PPLN 0) dan Sumatera Selatan (lokal 5, PPLN 0).

Sub varian ini memang banyak ditemukan di India. "Jika ditilik dari sejarah naik dan turunnya kasus COVID-19, Indonesia selalu mengikuti pola yang terjadi di India yang saat ini mengalami lonjakan kasus yang tajam,” ungkap Syahril.

Begitupun dengan India yang mengalami lonjakan kasus hingga 20 persen dalam sehari pada Kamis (21/4) dengan kasus per hari itu mencapai lebih dari 12.500.

Sejarah juga menunjukkan di Indonesia kasus COVID-19 melonjak bukan karena perjalanan dan hari libur tapi karena adanya varian baru. "Untuk itu masyarakat jangan lengah. Ayo kita pakai masker lagi dan hidup sehat,”  kata Syahril.

Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023