DBD bisa disembuhkan tetapi dapat berdampak fatal kalau penanganan terlambat. Segeralah ke dokter.
Medan (ANTARA) - Dinas Kesehatan Sumatera Utara meminta masyarakat untuk mewaspadai demam berdarah dengue (DBD) dengan segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami demam.

"Sumut menjadi wilayah endemis DBD. Oleh karena itu kalau sudah demam, salah satu kemungkinannya adalah demam berdarah," ujar Kepala Dinas Kesehatan Sumut dokter Alwi Mujahit Hasibuan di Medan, Kamis.

Alwi merasa perlu terus mengingatkan hal itu karena dalam beberapa kasus, masyarakat baru menemui dokter ketika gejala demam atau DBD sudah parah.

DBD bisa disembuhkan tetapi dapat berdampak fatal kalau penanganan terlambat. Segeralah ke dokter.

"Jangan sampai masuk ke fase 'dengue shock syndrome' atau DSS. Kalau sudah begitu, sulit," kata Alwi.

Berdasarkan Kementerian Kesehatan, DSS adalah situasi di mana penderita DBD mengalami syok atau renjatan. Itu terjadi karena adanya gangguan sirkulasi darah.

Di Sumut, sejak tahun 2018 sampai 2022  bahwa penderita DBD didominasi mereka yang masuk kelompok usia 5-14 tahun dan 15-44 tahun. Namun, tingkat kematian tertinggi rata-rata terjadi di rentang umur 5-14 tahun.

Hal itu membuat Alwi mendorong para orang tua untuk memerhatikan kesehatan anak-anaknya. Ketika sudah memperlihatkan gejala terutama demam, anak itu disarankan segera berobat dan memeriksa darahnya.

"Saat ini, DBD sudah mampu ditangani oleh puskesmas. Oleh karena itu, dengan antisipasi lebih dini, tingkat kefatalan DBD bisa berkurang," tutur Alwi.

DBD, dia melanjutkan, rentan terjadi saat transisi musim yang menimbulkan banyak tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes, baik itu Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Mereka pun lebih subur dan bertambah banyak lebih cepat.

Kasus akan semakin tinggi jika nyamuk-nyamuk itu berkeliaran di daerah padat penduduk.

"Daerah yang rawan penduduknya itu lebih cepat menyebarkan kasus DBD," ujar Alwi.
Baca juga: Dinkes: Seluruh wilayah Sumatera Utara endemis DBD
Baca juga: Guru besar Unair temukan senyawa tanaman obat antikanker dan DBD
Baca juga: Tiga faktor yang sebabkan anak kena DBD menurut dokter

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2023