Jika rupiah terdepresiasi harga barang modal akan naik"
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam mengatakan bahwa kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang akan diterapkan mulai awal tahun ini diperkirakan akan memicu inflasi sekitar 0,2 hingga 0,3 persen.

"Kenaikan TDL akan menyebabkan kenaikan inflasi yang menurut perhitungan kami sekitar 0,2 hingga 0,3 persen," kata Latif saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, dampak inflasi itu akan mulai terasa sejak awal tahun 2013. Terlebih karena kenaikan TDL bukanlah satu-satunya faktor yang mendorong biaya produksi yang meningkat.

"Persoalan upah buruh yang naik serta penurunan nilai tukar rupiah juga mendorong naiknya harga jual barang dan jasa yang memicu naiknya inflasi," ujarnya.

Latif mengungkapkan meski sebagian perusahaan akan mengulur waktu penangguhan kenaikan harga produk sebagai dampak kenaikan TDL, ada faktor lain yang juga mendorong kenaikan harga jual yang memicu inflasi.

Dia menuturkan kenaikan upah minimum provinsi yang hampir sebesar 44 persen sudah cukup membebani perusahaan sehingga mereka mau tidak mau harus menaikkan harga produknya.

Penurunan nilai tukar rupiah, lanjutnya, juga cukup mempengaruhi harga jual barang atau jasa. Hal itu disebabkan oleh ketergantungan industri tanah air pada barang modal atau bahan baku yang masih diimpor.

"Jika rupiah terdepresiasi harga barang modal akan naik. Untuk industri yang pasarnya didominasi oleh pasar domestik, dampaknya akan sangat besar, sehingga inflasinya juga akan lebih besar," jelasnya.

Pemerintah, pekan lalu, mengumumkan kenaikan tarif dasar listrik secara bertahap sebesar 4,3 persen tiap kali kenaikan per triwulan Januari 2013.

Kenaikan itu diharapkan bisa menghemat subsidi listrik sebesar Rp14 triliun serta meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013