Rasht, Provinsi Gilan (ANTARA News) - Pasien, terutama pasien khusus, adalah korban paling pertama dan paling tak berdosa akibat tindakan bermusuhan oleh apa yang disebut penganjur hak asasi manusia yang telah menjatuhkan sanksi atas negara Iran.

"Nyawa pasien tersebut terancam akibat keputusan musuh, yang berkedok penganjur hak asasi manusia," demikian laporan kantor berita resmi Iran, IRNA --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis malam.

Sanksi, kendati bukan sesuatu yang baru, telah membahayakan nyawa orang yang rentan terhadap prosedur pengobatan.

Kondisi itu dikhawatirkan akan menimbulkan konsekuensi kesehatan dan kesejahteraan rakyat yang tak dapat diperbaiki.

Seorang pasien yang menderita Thalassemia di Provinsi Gilan, Mojtaba, mengatakan sanksi perbankan secara langsung telah mempengaruhi perdagangan obat dan perawatan sebagai akibatnya. Semua pasien memikul beban berat sehubungan dengan itu, ia menambahkan.

Dengan mengutip keterangan dokter, Mojtaba mengatakan negaranya kekurangan banyak obat buatan luar negeri yang diimport. Ia menyatakan Iran menghadapi masalah dalam memproduksi bahan dasar untuk membuat obat akibat kenyataan bahwa semua barang tersebut diimport.

Ia mengatakan desferal adalah contoh obat yang sangat diperlukan pasien Thalassemia dan mereka nyaris tak memiliki akses ke obat itu akibat sanksi.

"Di mana mereka yang disebut penganjur hak asasi manusia, negara congkak?" ia mempertanyakan.

Ali adalah pasien lain yang menderita kanker dan diwawancarai oleh IRNA. Ia mengeluhkan biaya mahal yang dihadapinya untuk memperoleh obat buat penyakitnya.

(C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013