Washington (ANTARA News) - Mantan Gubernur Amerika Serikat Bill Richardson Jumat mengatakan ia berharap untuk menilai apa yang terjadi di Korea Utara di bawah pemimpin baru Kim Jong-Un dalam apa yang ia harap akan menjadi kunjungan yang "positif".

Dia juga menepis kekhawatiran pemerintah AS atas rencana perjalanan ke Pyongyang dengan pimpinan Google Eric Schmidt, yang katanya akan menjadi "meluas."

Meskipun "sangat diragukan" ia akan bisa bertemu dengan Kim, yang mengambil alih kekuasaan setelah ayahnya meninggal pada Desember 2011, Richardson mengatakan kepada CNN ia akan mampu "bicara dengan sejumlah pejabat Korea Utara" dan melihat situasi kemanusiaan negara tertutup itu untuk dirinya sendiri.

Dia menekankan, ia dan Schmidt akan bepergian sebagai warga negara swasta, tak mewakili baik pemerintah AS maupun internet raksasa Google.

"Kami akan melakukan penilaian dan melihat apa yang akan terjadi dari kunjungan kami. Saya pikir itu akan positif," tambahnya kepada CNN, tanpa mengonfirmasi kapan mereka akan pergi.

Richardson terakhir ke Pyongyang pada tahun 2010 ketika ia bertemu kepala perunding nuklir Korea Utara dalam upaya meredakan ketegangan setelah Korea Utara menyerang sebuah pulau perbatasan Korea Selatan.

Dia mengakui Jumat bahwa situasi di semenanjung Korea tetap tegang dan bahwa ia mendapatkan "pesan campuran" tentang niat Pyongyang setelah Korea Utara membuat marah Barat pada Desember dengan meluncurkan roket.

"Peluncuran Korea Utara itu telah dilakukan dan tidak kondusif untuk negosiasi serta juga kenyamanan perasaan masyarakat internasional dengan mendiskusikan masalah dengan Korea Utara," kata Richardson kepada CNN.

"Tampaknya bahwa pemimpin baru sedang mencoba untuk memperkuat dirinya di dalam negeri dengan rakyatnya sendiri. "

Sukses peluncuran roket jarak jauh Desember oleh Korea Utara itu dikecam oleh AS dan masyarakat internasional sebagai uji coba peluru kendali balistik yang disamarkan, yang dilarang berdasarkan resolusi PBB yang dipicu oleh uji coba nuklir masa lalu pada tahun 2006 dan 2009.

Richardson, mantan Gubernur New Mexico dan veteran pemecah kesulitan mengenai Korea Utara, mengakui bahwa "Departemen Luar Negeri sedikit gugup" atas rencananya itu.

Tetapi dia mengatakan kepada televisi CBS, dua orang sudah pernah menunda perjalanan, yang katanya terkait dengan penangkapan Korea Utara dan penuntutan yang direncanakan atas warga negara AS keturunan Korea, Kenneth Bae.

"Eric dan saya pada Desember, atas permintaan dari Departemen Luar Negeri, kami ditunda perjalanan karena adanya pemilu kepresidenan Korea Selatan," katanya.

"Kami tidak mewakili Departemen Luar Negeri, sehingga mereka tidak boleh bersikap gugup," katanya bersikeras, dan mengatakan bahwa orang-orang itu merencanakan sebuah misi pribadi untuk mendesak pembebasan Bae.

Amerika Serikat telah mengkritik kunjungan itu, dan mengatakan itu waktu yang tak tepat setelah peluncuran roket yang secara luas mengutuk Pyongyang bulan lalu.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland pada Jumat menolak untuk mengkonfirmasi apakah para pejabat AS telah membujuk orang-orang itu untuk tidak membuat perjalanan pada Desember.

"Saya tidak berpikir kita akan menyebar rincian lebih lanjut tentang diskusi kami dengan mereka, kecuali untuk membuatnya jelas bahwa mereka menyadari tentang kami pandangan ini," katanya kepada wartawan.

Richardson mengatakan kepada CBS, ia telah dihubungi oleh putra Bae "yang ingin mendapatkan pembebasannya, "dan menyoroti upaya masa lalunya berhasil bernegosiasi dengan Pyongyang.

Nuland mencatat bahwa Washington sedang bekerja dengan Swedia, yang mewakili kepentingan AS di Korea Utara, "untuk mencoba membantu warga Amerika kami."

Richardson mengatakan ia telah diundang untuk bergabung dengan kunjungan Schmidt karena "dia tertarik mengenai kebijakan luar negeri, dia adalah teman saya, dan saya merasa bahwa itu penting ada perspektif yang lebih luas dari kunjungan kami."

Pyongyang di masa lalu sepakat untuk menyerahkan tahanan kelas tinggi kepada delegasi yang dipimpin oleh orang-orang seperti mantan presiden AS Bill Clinton, dan beberapa pengamat menyarankan itu mungkin meminta partisipasi Schmidt dalam kasus ini.
(AK)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013