Pedoman ini memungkinkan anggota untuk memberikan dukungan likuiditas dalam mata uang domestiknya sendiri dan mata uang lokal anggota lain
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani mengatakan ASEAN+3 (ASEAN beserta Jepang, Korea Selatan, dan China) memperbarui pedoman Chiang Mai Initiative Multilateralisme (CMIM).

"Pedoman ini memungkinkan anggota untuk memberikan dukungan likuiditas dalam mata uang domestiknya sendiri dan mata uang lokal anggota lain," tulis Sri Mulyani dalam akun instagram resmi @smindrawati, seperti dikutip di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Kepala keuangan ASEAN plus 3 tetap waspada di tengah kesulitan bank

Pembaruan pedoman tersebut merupakan hasil dari pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral kawasan ASEAN+3 (ASEAN+3 Finance Ministers and Central Bank Governors’ Meeting/AFMGM+3) ke-26 di Incheon, Korea Selatan, Senin (2/5).

Kegiatan ini sebagai pertemuan strategis antara anggota ASEAN+3 untuk saling memahami masalah yang dihadapi kawasan ini di tengah perkembangan ekonomi global terkini.

Selain CMIM, Menkeu mengungkapkan terdapat banyak inisiatif ASEAN+3 yang dibahas dalam pertemuan itu yakni penguatan kapasitas dan tata kelola ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), peta jalan jangka menengah Asian Bond Markets Initiative (ABMI) untuk 2023-2026, penguatan peran pembiayaan risiko bencana (Disaster Risk Financing/DRF), dan inisiatif-inisiatif ASEAN+3 di masa depan. Semua inisiatif ini dituangkan dalam Pernyataan Bersama AFMGM+3.

Di bawah kepemimpinan bersama (co-chairmanship) Indonesia dan Jepang, ASEAN+3 berkomitmen untuk terus meningkatkan kerja sama dan kolaborasi dalam menciptakan jaring pengaman yang lebih kuat dan andal untuk para negara anggota.

Ia menjelaskan kesejahteraan dan stabilitas wilayah ASEAN menjadi tujuan utama dari AFMGM+3. Kehadiran Jepang, Korea Selatan, dan China memberikan perspektif tambahan yang sangat berharga dalam diskus

"Terlebih, kolaborasi ASEAN+3 telah memberikan landasan penting bagi upaya yang lebih luas untuk memastikan bahwa ASEAN dapat menjadi Epicentrum of Growth," tuturnya.

Menurut Sri Mulyani, ASEAN sangat beruntung karena pertumbuhan di kawasan tetap kuat dan terus menjadi komponen penting pertumbuhan ekonomi dunia. Namun, ASEAN harus tetap waspada terhadap pengaruh tantangan global, terutama pada tekanan inflasi, krisis energi dan pangan, serta fragmentasi geopolitik.

Oleh karenanya, kerja sama regional ini harus dipererat untuk memberikan manfaat terbaik bagi seluruh negara anggota. Kekuatan ASEAN sebagai wilayah yang stabil, inklusif, serta tumbuh secara berkelanjutan juga perlu terus dipertahankan.

"ASEAN bersatu sebagai tetangga dengan tujuan bersama. Kerja sama ASEAN penting bagi pembangunan, stabilitas, dan kesejahteraan regional," ucap Menkeu.

Baca juga: ASEAN Plus Three harus siap tangani krisis pangan dan resesi ekonomi

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023