"Sudah waktunya Istiqlal dan tokoh agama merapatkan kebersamaan demi mewujudkan tatanan dunia yang aman dan harmonis," kata Nasaruddin melalui video dalam acara diskusi internasional bertajuk Islamophobia (anti Islam) and Antisemit (anti Yahudi) in The World yang diadakan di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Nasaruddin menegaskan dirinya tidak ingin tantangan kehidupan yang banyak tambah diperparah dengan konflik antar agama dan etnik karena hanya menambah beban yang tidak penting.
Baca juga: Masjid Istiqlal siapkan beragam fasilitas pada Shalat Idul Fitri besok
Baca juga: Masjid Istiqlal jadikan Nuzulul Quran momentum untuk saling kolaborasi
"Siapapun orangnya, apapun etnik, jenis kelamin, dan kewarganegaraannya wajib untuk dimuliakan tanpa membeda-bedakan," kata mantan Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI itu.
Selain itu, dalam Islam mengenal konsep Laa ikraaha fid diin yaitu tidak ada paksaan dan kekerasan dalam beragama, kata dia.
Nasaruddin mengungkapkan dalam Islam manusia ditekankan untuk melakukan pendekatan titik temu antargolongan dan bukan perbedaannya.
"Tidak hanya di Indonesia, bagaimana kita menciptakan khoirul ummah (umat terbaik) yang dimulai dari Indonesia untuk masa depan," sambungnya.
Nasaruddin mengatakan pihaknya menyambut baik kerjasama dengan Institut Leimena dalam mengadakan acara diskusi internasional bertajuk Islamophobia and Antisemitism in The World.
Baca juga: Imam Besar sebut Presiden apresiasi renovasi dan capaian Istiqlal
Baca juga: Imam Besar: Hanya Istiqlal miliki pendidikan kader ulama perempuan
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023