Sydney (ANTARA) - Ribuan orang berunjuk rasa menentang kehadiran sebuah pangkalan kapal selam bertenaga nuklir yang rencananya berada di Port Kembla di Australia timur.

Pangkalan ini menjadi bagian dari pakta pertahanan AUKUS senilai 368 miliar dolar Australia (Rp3,65 triliun), antara negara itu dengan Amerika Serikat dan Inggris.

Pelabuhan ekspor batu bara terbesar kedua di negara bagian New South Wales adalah lokasi yang dipilih Departemen Pertahanan Australia untuk membangun pangkalan kapal selam terbaru di pantai timur, kata stasiun televisi milik pemerintah, ABC.

Para demonstran yang membawa spanduk dan bendera serikat pekerja berbaris di jalan utama untuk menyuarakan penentangan terhadap pangkalan yang berada di kota berpenduduk sekitar 5.000 orang dan berada 102 kilometer arah selatan Sydney tersebut.

"Saya merasakan kehadiran energi terbarukan dalam komunitas ini tumpah ke jalan-jalan," kata Senator David Shoebridge kepada orang banyak. Shoebridge adalah senator dari Partai Hijau yang juga kritikus terkemuka terhadap AUKUS.

Baca juga: PM Albanese: Kapal selam AUKUS demi seimbangkan kekuatan militer China

Menurut para demonstran, diperkirakan antara 2.000 hingga 5.000 orang mengikuti unjuk rasa ini.

Menteri Pertahanan Australia Richard Marles bulan lalu menyatakan belum ada keputusan soal di mana pangkalan kapal selam pantai timur yang baru ini bakal berada.

Perdana Menteri Anthony Albanese membela proyek kapal selam itu setelah dua mantan pemimpin mengkritik kesepakatan itu karena masalah-masalah berkaitan biaya, kerumitan, dan potensi kedaulatan.

Kesepakatan yang diumumkan pada Maret silam mengharuskan Australia membeli kapal selam kelas Virginia dari Amerika Serikat sebelum produksi bersama Inggris dan Australia untuk menghasilkan kapal selam kelas baru bisa dibangun di Australia awal 2040-an mendatang.

Sumber: Reuters

Baca juga: Eks PM Australia kritik pemerintahan Albenese karena AUKUS

Baca juga: AUKUS dan Pasifik Selatan yang jadi panggung perebutan pengaruh

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023