Roma (ANTARA News) - Organisasi Pertanian dan Pangan (FAO) mengeluarkan laporan, Selasa, bahwa petani di kawasan Yogyakarta sekitarnya yang terkena bencana gempa bumi pada 27 Mei 2006 membutuhkan sedikit-dikitnya 5,6 juta dolar AS untuk memulihkan produksi pertanian dan peternakan miliknya. "Pemulihan lebih dini pada sektor pertanian sangat penting untuk perbaikan yang lebih cepat dan berkelanjutan bagi kehidupan masyarakat petani pedesaan," demikian komunike lembaga di bawah koordinasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut. Gempa bumi itu menyebabkan hampir 5.800 korban jiwa dan sekira 340.000 orang kehilangan tempat tinggal. Sekira 100.000 keluarga petani yang tinggal di sekitar kawasan yang dilanda gempa di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, menurut FAO, kehilangan sumber pendapatan dan aset produktif, dan panen pertanian pada musim ini bisa terlambat atau gagal. "Keluarga petani sangat sulit untuk memulihkan sarana pertanian miliknya," kata Rajendra Aryal, koordinator darurat FAO untuk program rehabilitasi tsunami di Indonesia. "Banyak hal yang harus dikerjakan untuk memulai kembali kegiatan peternakan dan perbaikan sumur-sumur irigasi yang rusak," katanya. Aryal mengatakan bahwa FAO memiliki kemampuan untuk membangun kembalai daerah yang dilanda gempa setelah memiliki pengalaman dalam kegiatan rehabilitasi kawasan pasca tsunami. Sekitar 40 persen penduduk Provinsi Yogyakarta merupakan petani, dan mereka membutuhkan bantuan segera dalam bentuk beras, bibit sayuran dan tanaman tahunan, pupuk dan peralatan pertanian, kata pernyataan itu. Prioritas lain yaitu perbaikan pasar dan laboratorium peternakan, penyediaan vaksin hewan, dan perbaikan sistem jaringan irigasi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006