Jakarta (ANTARA) - Dokter anak konsultan alergi imunologi yang juga terhimpun dalam anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Isman Jafar, Sp.A(K) menjelaskan terkait dengan pengertian hingga jenis-jenis alergi.

Isman memaparkan bahwa alergi adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh manusia (sistem imun) terhadap zat tertentu yang seharusnya tidak berbahaya.

“Pertama kita harus tahu dulu alergi itu apa. Alergi itu adalah sistem kekebalan tubuh kalau mengenali bahan yang sesungguhnya tidak berbahaya menjadi ancaman. Sehingga menimbulkan alergi,” ungkap Isman saat dijumpai di Kemang, Jakarta Selatan, Rabu.

“Contohnya kita sama debu. Kan nggak bahaya. Cuma pada orang-orang yang mengalami reaksi alergi, debu itu bisa bikin gejala-gejala mungkin bersin, pilek, segala macam. Jadi bahan-bahan yang kita bilang penyebab alergi itu kita sebut dengan alergen, dan susu sapi adalah salah satunya,” tambahnya.

Baca juga: Tidak perlu terlalu mengekang anak yang memiliki alergi

Lebih lanjut, Isman mengatakan bahwa alergi bisa jadi merupakan turunan dari orang tua atau garis keturunan pasangan. Sehingga, hal utama yang perlu diperhatikan orang tua jika anak memiliki alergi adalah mengetahui hal ini terlebih dulu.

“Hal yang harus diperhatikan itu adalah dari awal kita harus perhatikan. Mungkin nggak sih kita punya bakat alergi? Dari orang tua dulu. Dari awal kita bisa lihat. Dari awal pada saat kita menikah, kita harus cari tahu, pasangan punya bakat alergi atau nggak,” jelasnya.

“Yang ditanya bukan punya alergi atau nggak ke pasangan. Mungkin pasangan juga nggak tahu. Tapi coba ditanya punya gejala batuk pilek nggak kalau kedinginan. Suka sakit perut nggak, itu sebenarnya merupakan tanda-tanda alergi semua,” sambungnya.

Isman menerangkan, apabila ayah dan ibu tidak punya gejala alergi, hal ini masih memungkinkan anak tetap memiliki bakat alergi. Jika kedua orang tua tidak memiliki bakat alergi, maka anaknya memiliki kemungkinan 5 sampai 15 persen mengalami alergi.

“Dari mana? Itu biasanya dari orang tuanya lagi. Dari garis keturunannya. Kita bisa konfirmasi om tantenya ada nggak yang alergi? Jadi kalau tanya juga ada nggak gejala itu di keluarganya,” papar Isman.

Baca juga: Dokter sebut 80 persen anak dengan asma punya riwayat alergi

Tipe-tipe alergi

Selain itu, Isman juga menjelaskan bahwa alergi juga memiliki beberapa tipe yakni cepat, lambat, atau tertunda. Alergi juga terbagi menjadi dua bagian yakni berat dan ringan.

Tipe cepat biasanya menimbulkan reaksi alergi dalam jangka waktu satu jam. Reaksi tersebut bisa terjadi baik di kulit, di pencernaan atau di pernapasan.

Tipe lambat biasanya akan muncul reaksi setelah satu jam. Dan terakhir tipe tertunda yang artinya akan muncul reaksi setelah berhari-hari terpapar faktor alergi. Misalnya setelah beberapa hari, timbul kondisi BAB berdarah.

“Alergi juga dibagi jadi dua, yang ringan dan yang berat. Kalau ringan itu masalah merah-merah, kembung, itu masih ringan. Kalau berat itu timbul reaksi anafilaksis, misalnya anak semaput, kejang-kejang dan lain-lain,” ujar Isman.

Baca juga: Cerita Asmirandah hadapi anak yang alergi terhadap susu sapi

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023