Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan asuransi umum pada tahun ini diperkirakan masih melambat, atau kurang dari 15 persen, karena banyak masalah yang mempengaruhi perekonomian nasional yang berbias pada melambatnya pertumbuhan asuransi nasional. "Salah satu faktor melambatnya itu karena permintaan turun yang disebabkan oleh naiknya bahan bakar, dan banyaknya bencana alam (natural disaster) seperti gempa dan stunami," kata Direktur Utama Adira Insurance, Willy S. Dharma usai menghadiri peluncuran produk syariah, "autocilin ikhlas" di Jakarta, Rabu. Dikatakan, untuk mensiasati situasi yang kurang kondusif itu, banyak perusahaan melakukan banting harga, sehinga ada produk yang dijual merugi jika diaudit mendalam. "Hal itu dilakukan untuk survive meski dalam jangka panjag tidak sehat," katanya, seraya menambahkan penjualan produk yang berbasis syariah adalah salah satu usaha menyikapi situasi yang tidak menentu. "Produk syariah itu-kan bersifat bagi hasil, bagi risiko, karena itu tidak ada istilah perusahaan untung dan konsumen rugi. Yang ada hanyalah, perusahaan mendapatkan margin dari pengelolaan premi yang masuk" kata Willy. Willy yang didampingi sejumlah direksi juga menyinggung kerugian yang dialami akibat gempa tektonik di Bantul - Yogjakarta. Adira dalam kaitan gempa di Bantul - Yogjakarta tidak banyak mengalami kerugian, hanya sekitar Rp15 miliar. Jumlah itu tidak terlalu signifikan karena masyarakat Yogya kala itu tidak memikirkan risiko gempa, katanya. Dibagian lain, Kepala bidang Syariah Adira Insurance, Bimo Kustoro menjelaskan, produk baru yang diluncurkan berbasis syariah adalah baru pertama diluncurkan di Indonesia. Mengapa? Karena preminya tergantung calon nasabah. Apakah mau membayar risiko sampai total loss (100 persen) atau hanya mampu membayar 60 persen dari jumlah risiko, semua ditentukan oleh calon nasabah. Ini sangat berbeda dengan asuransi konvensional yang besaran premi ditentukan oleh perusahaan. Selain membayar premi seikhlasnya, kata Bimo, pelanggan yang tidak melakukan klaim selama periode tertentu, berhak mendapatkan bagi hasil. Hal itu yang tidak diketemukan oleh asuransi konvensional, katanya. Jaminan yang ditawaran produk baru yang menarik itu, katanya, meliput huru hara, banjir, perpanjangan STNK dan pelayanan lain yang dapat dijangkau oleh masyarakat. "Kita akan memberikan jaminan dari jumlah Rp5 juta sampai ratusan juta," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006