Kita ingin bisa mengoptimalkan SBN Ritel sebagai salah satu alat untuk distribusi kekayaan
Jakarta (ANTARA) - Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Deni Ridwan mengatakan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel sebagai tempat investasi yang aman, menguntungkan dan membantu pembiayaan pembangunan nasional.

Pemerintah juga menurunkan minimal pemesanan SBN per investor yakni satu unit atau senilai Rp1 juta dan menambah saluran distribusi SBN mulai dari bank, perusahaan sekuritas hingga fintech.

"Sehingga memudahkan masyarakat untuk berinvestasi di instrumen yang aman menguntungkan sekaligus membantu pembiayaan pembangunan ini," kata Deni dalam dialog Mendorong Literasi dan Inklusi Keuangan yang dipantau virtual di Jakarta, Kamis.

Kemenkeu menargetkan lebih banyak masyarakat bisa berinvestasi di SBN Ritel dengan meningkatkan target penerbitan SBN Ritel sebesar Rp130 triliun pada 2023. Sementara capaian penerbitan SBN Ritel pada 2022 sebesar Rp107 triliun yang dapat menjangkau lebih dari 186 ribu investor.

"Kita ingin bisa mengoptimalkan SBN Ritel sebagai salah satu alat untuk distribusi kekayaan. Jadi kalau pemerintah mengalokasikan di APBN pembayaran bunga SBN, kita harap yang bisa menikmati bunga SBN ini bukan hanya investor besar bukan hanya perbankan, asuransi tapi juga investor individu terutama investor ritel," ujarnya.

Baca juga: Kemenkeu catat penjualan SBR012 capai Rp22,18 triliun

Baca juga: Pasarkan Produk SBN Ritel Pertama 2023, BRI Berikan Literasi Keuangan Bersama Kemenkeu


Deni menuturkan pada penerbitan SBN Ritel di tahun 2022, mayoritas investor adalah kaum wanita baik dari sisi jumlah investor maupun dari sisi jumlah investasinya. Sementara dari sisi generasi, sekitar 40 persen investor berasal dari generasi milenial.

Hal itu menunjukkan bahwa generasi yang lebih muda ternyata lebih akrab dengan teknologi dan sangat cepat menyerap berbagai informasi termasuk tentang pentingnya pengelolaan keuangan.

Investor ritel tersebut hampir tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, meskipun masih terpusat di Pulau Jawa. DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera Utara adalah lima provinsi yang paling besar dari sisi jumlah investor maupun dari sisi jumlah investasinya.

Untuk itu, kegiatan sosialisasi dan edukasi terus ditingkatkan dan banyak menyasar daerah-daerah yang cukup jauh, salah satunya melalui siaran radio.

Hal itu ditujukan agar semakin meningkat dan tersebar investor ritel termasuk di daerah-daerah terpencil dan membuka akses kepada masyarakat untuk menjangkau layanan jasa keuangan.

"Kita melakukan edukasi tidak hanya melalui YouTube, instagram, televisi, kita juga memanfaatkan radio-radio di daerah terpencil," ujarnya.

Sebelumnya, Kemenkeu mencatat total volume pemesanan pembelian SR018 yang terdiri dari dua pilihan, yakni SR018T3 dan SR018T5 yang telah ditetapkan sebesar Rp21,49 triliun setelah berakhirnya masa penawaran dari tanggal 3-29 Maret 2023.

Tujuan penerbitan Sukuk Ritel (SR) seri SR018 yakni membantu membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), termasuk membiayai pembangunan proyek infrastruktur di Indonesia dan memperluas basis investor dalam negeri.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu melaporkan nilai pemesanan SR018 tersebut berasal dari 58.472 investor dengan rincian total penjualan SR018T3 sebesar Rp16,95 triliun dan SR018T5 sebesar Rp4,54 triliun.

Baca juga: Menkeu: SBN ritel tersedia agar publik tak tertipu investasi ilegal

Baca juga: Pemerintah tambah kuota pemesanan SBR012 jadi Rp15 triliun

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023