Jakarta (ANTARA) - Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 10-11 Mei meninggalkan sejumlah catatan dari berbagai pihak.

KTT  adalah pertemuan-pertemuan antar-pemimpin negara untuk membahas isu-isu dan permasalahan terkini.

Namun, KTT ASEAN di Labuan Bajo menawarkan kegiatan lain, yakni menikmati keindahan NTT  dengan berlayar menaiki kapal pinisi.

Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana pada Rabu (10/5) sore menjamu para pemimpin negara dan pendampingnya di Kapal Lako Di’a menjelang matahari terbenam untuk bercengkerama sekaligus menikmati senja bersama.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. memuji aktivitas tersebut sebagai ide yang sangat baik untuk menjernihkan pikiran dari pekerjaan.

“Seperti yang dijanjikan oleh Presiden Joko Widodo, kami datang ke kapal dan kami tidak terlalu memikirkan ekonomi dan berbagai masalah keamanan. Dan itu benar sekali, itu ide yang sangat bagus untuk menjernihkan pikiran,” ujar Marcos dikutip dari laman Biro Pers, Media, Informasi Sekretariat Presiden.

Istri Marcos, Louise Araneta Marcos, menambahkan bahwa pelayaran tersebut tak hanya menyenangkan, tetapi juga romantis.

Namun, bagi Marcos, pelayaran tersebut juga menimbulkan kekhawatiran karena Indonesia menerapkan standar tinggi dalam menyelenggarakan KTT. Dia gelisah ketika tiba saatnya Filipina menjadi Ketua ASEAN maka Filipina harus bekerja keras agar bisa lebih baik  dari Indonesia dalam menyelenggarakan pertemuan diplomatik tingkat tinggi di Asia Tenggara tersebut.

“Indah, pemandangannya indah. Kami jadi sangat khawatir karena ketika saatnya tiba bagi kami untuk menjadi tuan rumah ASEAN, kami harus melakukan yang lebih baik dari ini. Indonesia menetapkan standar sangat tinggi, kita harus bersaing,” tambah Presiden Marcos.

Ketua ASEAN ditentukan sesuai abjad negara anggota dalam bahasa Inggris. Jika merunut jadwal maka Filipina (dalam Bahasa Inggris ditulis Philippines) akan menjadi Ketua ASEAN pada 2027.

Filipina harus menyelenggarakan berbagai pertemuan ASEAN selama setahun ditambah dua kali KTT ASEAN serta KTT dengan negara-negara mitra di luar kawasan.

Penuh filosofi

KTT ke-42 ASEAN dibuat serinci mungkin dan penuh filosofi sehingga menunjukkan standar tinggi. Presiden Jokowi bahkan memilih sendiri warna dan model kain tenun songke yang dikenakan para kepala negara.

Songke adalah tenun khas masyarakat Manggarai yang tinggal di sisi barat Pulau Flores. Kain tenun ini wajib dikenakan saat acara-acara adat, antara lain saat kenduri (penti), membuka ladang (randang), hingga saat musyawarah (nempung).

Kain ini umumnya berwarna dasar hitam, sedangkan warna benang untuk sulam umumnya warna-warna yang mencolok, seperti merah, putih, oranye, dan kuning.

Setiap motif mengandung arti dan harapan dari orang Manggarai dalam hal kesejahteraan hidup, kesehatan, dan hubungan baik antara manusia dan sesamanya, manusia dengan alam, maupun dengan Sang Pencipta.

Adapun motif yang digunakan oleh para kepala negara pada KTT adalah motif mata manuk (mata ayam) yang memiliki filosofi nilai budaya dan religius yang sangat tinggi bagi masyarakat Manggarai Barat.

Manuk sering digunakan sebagai sarana penyembahan kepada sang pencipta dan leluhur, serta sebagai sarana perdamaian dan persaudaraan sekaligus simbol kejantanan dan keberanian, serta penolak bala.

Tak hanya itu, Presiden Jokowi juga menyiapkan  tujuh chef untuk jamuan makan siang dan makan malam para kepala negara. Menu makannya pun terkonsep dengan menyajikan beragam menu dari beberapa provinsi di Indonesia.

Pada jamuan makan malam yang digelar di Ayana Komodo Waecicu Beach, misalnya, menu utamanya diberi tema “Taste of The Archipelago Sea” yang antara lain menyuguhkan sajian lobster, kakap merah khas Bali, hingga nasi minyak berikut beberapa sajian sambal. Adapun untuk makanan penutup, para pemimpin disuguhi kelapa muda.

“Bapak (Presiden) dan Ibu (Iriana) selalu ingin menjamu para tamu sangat spesial karena setiap tamu sebesar dan sekecil apa pun selalu diperlakukan sangat spesial,” kata salah satu chef yang ditugaskan untuk membuat hidangan selama KTT ke-42 ASEAN, Arnold Poernomo.

Pelayanan yang luar biasa itu tidak hanya dirasakan oleh para pemimpin negara. Para jurnalis yang bertugas meliput pelaksanaan KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo juga merasakannya.

Jurnalis Vietnam News Agency (VNA), Trang, mengatakan bahwa Indonesia sukses menyelenggarakan KTT, baik dari segi penyelenggaraan, keprotokolan, dan keamanan.

Namun, dia mengaku cukup menyayangkan karena panitia tidak menyediakan fasilitas transportasi bersama yang siap mengantar-jemput para jurnalis menuju pusat media (media center).

“Kami para jurnalis memiliki banyak peralatan yang harus dibawa sehingga transportasi yang nyaman akan sangat membantu kami, dan kami bisa meliput setiap kegiatan lebih baik dan tepat waktu,” kata Trang kepada ANTARA, Sabtu (13/5).

KTT ke-42 ASEAN juga didukung dengan teknologi dan infrastruktur digital telekomunikasi yang memadai guna memudahkan tugas para jurnalis. Selain wifi dengan kecepatan 4G, Kominfo juga menyediakan jaringan LAN (local area network) untuk komunikasi yang lebih cepat.

Akomodasi

Pelaksanaan KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo sempat diragukan karena fasilitas hotel di sana terbilang masih terbatas. Banyak jurnalis dari berbagai media nasional dan internasional yang pada akhirnya harus tinggal di kapal selama KTT.

Pemerintah menyiapkan akomodasi gratis berupa Kapal Motor (KM) Sinabung yang memiliki kapasitas hampir 2.000 penumpang. Kapal tersebut tersedia pada 6-12 Mei dan bersandar di Pelabuhan Marina Labuan Bajo, yang lokasinya berdekatan dengan Media Center di Hotel Bintang Flores dan Hotel Meruorah sebagai lokasi utama KTT.

Selain itu, kapal tersebut juga memiliki fasilitas pendukung lain seperti toilet, musala, poliklinik, restoran, minimarket, dan wifi corner untuk mendukung kebutuhan para tamu yang menginap di atas kapal.

Trang mengatakan bahwa keputusan pemerintah Indonesia untuk menyediakan Kapal Sinabung sebagai akomodasi bagi para jurnalis merupakan keputusan yang tepat. Bagi dia, tinggal di kapal adalah pengalaman yang luar biasa.

“Terima kasih kepada pemerintah Indonesia karena telah mengambil keputusan ini tepat waktu sehingga kami mendapat akomodasi yang layak,” ujar dia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengakui bahwa hotel di Labuan Bajo belum memadai, tetapi dia memastikan fasilitas infrastruktur di salah satu destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) itu akan terus ditingkatkan usai KTT.

Namun, Sandiaga juga menekankan bahwa Labuan Bajo merupakan destinasi yang berbeda dibanding yang lainnya, terutama dari segi penginapan.

Menurut dia, Labuan Bajo memiliki keunikan karena menawarkan akomodasi terapung di mana para pengunjung bisa menginap di kapal-kapal kayu untuk mendapatkan pengalaman unik selama liburan di Labuan Bajo. Para pengunjung bisa melihat matahari terbit dan terbenam dari kapal yang mereka tempati.

Keputusan Presiden Jokowi untuk mengajak para kepala negara ASEAN berlayar melihat pemandangan bentang alam Labuan Bajo sepertinya sangat tepat. Siapa saja bisa terpesona dengan keindahan matahari terbenam yang dilihat langsung di atas kapal.

Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengaku sangat tenang bisa melihat matahari terbenam sambil berlayar dan bercengkerama dengan para kepala negara lainnya.

Lee menyebut selama ini hanya melihat NTT melalui foto-foto. Namun, kini dia menyadari bahwa Labuan Bajo dan NTT lebih indah dibandingkan sekadar foto.

Ia mengaku akan kembali mengunjungi NTT suatu hari ini untuk menyelam maupun melihat komodo.

Indonesia sepertinya memang tak pernah main-main jika sudah berurusan dengan kegiatan-kegiatan internasional.

Tak hanya G20 Bali yang memiliki level pertemuan lebih besar karena melibatkan para pemimpin negara dari 19 negara dengan perekonomian terbesar di dunia ditambah Uni Eropa, pemerintah juga memperlakukan ASEAN sama sebagai pertemuan yang tidak kalah pentingnya dengan G20.

Upaya tersebut kiranya merupakan langkah yang tepat tidak hanya untuk mempromosikan Indonesia, tetapi juga mendapat kepercayaan dunia bahwa Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik bagi seluruh kegiatan internasional.

 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023