Index dollar masih dl tren peningkatan dikarenakan masih dianggap safe haven dl kondisi penuh ketidakpastian dan risiko resesi ekonomi global, serta ekonomi China yang masih lemah
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Senin, melemah 54 poin atau 0,37 persen menjadi Rp14.805 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp14.751 per dolar AS.

"Index dollar masih dl tren peningkatan dikarenakan masih dianggap safe haven dl kondisi penuh ketidakpastian dan risiko resesi ekonomi global, serta ekonomi China yang masih lemah," kata Analis Bank Woori Saudara Rully Nova ketika ditanya ANTARA di Jakarta, Senin.

Menurut Rully, data-data ekonomi China yang masih lemah mempengaruhi pelaku pasar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global ke depan.

Pada pagi hari, rupiah dibuka Rp14.790 per dolar AS yang sepanjang hari bergerak dari angka tersebut hingga Rp14.824 per dolar AS.

"Rupiah hari ini yang diperdagangkan melemah terhadap dolar AS karena penguatan index dollar AS seiring peningkatan risiko ketidakpastian kesepakatan pagu anggaran pemerintah AS," ucapnya.

Lebih lanjut, Rully menyampaikan bahwa peningkatan risiko ketidakpastian kesepakatan pagu anggaran pemerintah AS akan berakibat pada resesi ekonomi global dan AS, sehingga dollar AS menjadi safe heaven bagi investasi saat risiko meningkat.

"Pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia tidak terlalu signifikan karena perekonomian Indonesia masih mengandalkan pengeluaran belanja domestik," ungkap dia.

Adapun pengaruh dari domestik disebabkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II/2023 yang diperkirakan lebih tinggi dari triwulan I/2023. Karena itu, dia memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp14.750-Rp14.850 per dolar AS.


Baca juga: Rupiah diperkirakan melemah tertekan kenaikan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Rupiah merosot di tengah kekhawatiran plafon utang AS
Baca juga: Rupiah melemah seiring perubahan ekspektasi pasar terhadap bunga Fed

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023