Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengingatkan bahwa perempuan melek digital bukanlah suatu pilihan melainkan suatu keharusan di tengah era globalisasi saat ini.

Menurut dia, pemahaman tersebut harus ditanamkan pada diri setiap masyarakat Indonesia terutama bagi para perempuan. Hal itu disampaikan Bintang saat menghadiri acara puncak Kartini Digital pada Selasa di Gedung Perpusatakaan Nasional, Jakarta.

"Ini (Kartini Digital) bisa menjadi momentum perempuan. Mau tidak mau, suka tidak suka di era globalisasi ini, kita harus melek digital. Dan perempuan melek digital itu bukan suatu pilihan tapi suatu keharusan," kata Bintang.

Dia juga mengingatkan pentingnya keterlibatan perempuan generasi saat ini dan selanjutnya dalam bidang STEM (sains, teknologi, teknik dan matematika) untuk memajukan Indonesia.

Baca juga: Psikolog: orangtua perlu meningkatkan literasi digital

Hal tersebut mengingat STEM merupakan syarat atas penciptaan inovasi dalam berbagai bidang kehidupan. Selain itu, STEM merupakan salah satu prasyarat untuk melakukan inovasi di berbagai bidang kehidupan.

"Bidang STEM adalah bidang pembangunan yang sangat strategis di mana otomatisasi dan digitalisasi yang berpengaruh terhadap hidup perempuan. Oleh karena itu, perempuan harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang digitalisasi," kata Bintang.

Dia menilai bahwa partisipasi perempuan Indonesia pada tingkat pendidikan tinggi di bidang STEM memang tergolong cukup tinggi. Akan tetapi, jumlah partisipasi perempuan tersebut menurun drastis saat masuk ke dunia kerja.

"Data menunjukkan, kalau kita melihat di industri STEM, hanya 2 dari 10 perempuan memilih berkarier secara profesional. Dan hanya 3 dari 10 perempuan yang menjadi peneliti di bidang STEM," ujar Bintang.

Dia menambahkan bahwa banyak perempuan yang kurang tertarik bergerak di bidang STEM karena kuatnya sentimen dominasi laki-laki serta adanya stereotipe gender saat mencari kerja.

Hal ini didasarkan pada penelitian UNESCO yang menyebutkan 50 persen perempuan kurang tertarik bekerja di bidang STEM karena kuatnya dominasi laki-laki. Selain itu, 61 persen perempuan mempertimbangkan stereotipe gender saat mencari kerja.

Perempuan juga masih tertinggal dalam kesempatan memperoleh dan mengakses informasi. Menurut data, ujar Bintang, penggunaan telepon seluler dan penggunaan internet menunjukkan adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan.

"Kalau kita melihat data BPS, persentase penggunaan internet perempuan pada tahun 2022 sebesar 54,70 persen sedangkan laki-laki 60,40 persen," ujar dia.

Mengingat hal tersebut, Bintang menegaskan bahwa upaya peningkatan partisipasi dan kepemimpinan perempuan khususnya dalam cyber security bukan hanya menjadi isu ekonomi dan ketenagakerjaan melainkan juga merupakan isu gender.

Dia pun mengingatkan perlunya kehadiran sistem pendukung (support system) untuk dapat dapat membantu meningkatkan partisipasi perempuan di bidang STEM (sains, teknologi, teknik dan matematika).

"Tentunya ini semua harus menjadi perhatian serius para perempuan Indonesia yang mengisi setengah dari populasi Indonesia, 49,5 persen adalah perempuan," kata dia.

Dia juga mendorong agar perempuan Indonesia semakin melek digital yang mampu membekali diri sendiri dengan literasi mumpuni sehingga bisa menjadi agen perubahan yang luar biasa. Apalagi, imbuh Bintang, jelang memasuki pesta demokrasi Indonesia pada tahun depan.

Bintang menegaskan bahwa perempuan, yang merupakan pemilih terbesar, juga harus mampu menyaring informasi dan mencari keabsahan data menggunakan perangkat digital sehingga diharapkan dapat menjadi pemilih yang cerdas.

"Mereka menggunakan perangkat digital untuk menyebarkan informasi yang positif dan bermanfaat. Artinya para perempuan-perempuan ini yang menjadi pemilih nantinya kami harapkan bisa menyebarkan informasi yang positif dan bermanfaat," pungkas Bintang.

Baca juga: KemenPPPA dorong wirausaha perempuan agar melek digital

Baca juga: Telkom dorong perempuan melek ekonomi digital

Baca juga: IWAPI dorong perempuan pelaku usaha "melek" digital

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023