Denpasar (ANTARA) - Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Bali saat ini sedang mengatur upaya untuk menerapkan haji ramah lansia tahun keberangkatan 2023.

“Yang ingin dicapai adalah haji ramah lansia. Orang lansia kita pedomannya usia 65 tahun ke atas, secara nasional ada 67 ribu dan di Bali ada 159 yang lansia,” kata Kepala Bidang Haji Kanwil Kemenag Bali Haji Nurkhamid.

Nurkhamid di Denpasar, Rabu, menjelaskan pihaknya ingin agar seluruh jamaah haji lansia dapat melaksanakan ibadah tanpa kesulitan, sehingga upaya mitigasi dirancang.

Mereka juga bahkan telah memiliki buku panduan tentang haji ramah lansia, begitu juga ramah bagi disabilitas yang tercatat berjumlah 34 orang dari Pulau Dewata.

Baca juga: Sebelum ke Tanah Suci, calon haji dari Bali kumpul di Surabaya 9 Juni

Baca juga: Kemenag: 317 calon haji Bali berangkat dari Embarkasi Surabaya 24 Juni


Untuk itu, para jamaah haji diberikan edukasi mengenai ibadah dan kesehatan selama Manasik yang berlangsung lebih dari dua pekan, baik di kabupaten maupun kecamatan.

“Ini edukasi hidup sehat, dan menyeimbangkan antara kesehatan dan ibadah tidak mudah karena dari pengalaman-pengalaman, jamaah haji ketika masuk area Mekah itu nuansa ibadahnya tinggi. Kalau tidak bisa menyeimbangkan antara kesehatan dan ibadah repot,” tutur Nurkhamid.

Meskipun di tempat ibadah telah disediakan petugas khusus kesehatan, menurutnya tak ada yang menjamin kemampuan para jamaah, termasuk mereka yang usianya masih muda.

Pejabat Kanwil Kemenag Bali itu mengaku telah memberi edukasi kepada calon haji mengenai apa yang harus mereka tempuh, apalagi jamaah lansia dari Bali umur tertuanya mencapai 103 tahun, yaitu seorang wanita dari Tabanan.

Mereka bahkan diberikan pelatihan praktik langsung bak sedang menjalankan haji, yaitu berjalan dengan jarak hampir menyerupai di Arab Saudi dan praktik penggunaan pakaian ihram.

Selama Manasik, selain edukasi soal ibadah kepada lansia maupun jamaah umum, juga diberi edukasi soal kebijakan pemerintah Arab Saudi terhadap jamaah haji.

Beberapa di antaranya, seperti dilarang melakukan tahlilan di Masjidil Haram, dilarang berfoto di depan Ka’bah, atau bersama rombongan membawa poster.

“Lalu kebijakan transportasi di Arab Saudi yang mereka (jamaah) terima itu apa saja. Misalnya bus shalawat yang jemput mereka dari hotel ke Masjidil Haram itu 24 jam operasinya tapi dua hari jelang wukuf tidak ada bus itu,” kata  Nurkhamid.

Kemudian perihal makanan yang hanya dapat dimakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan, biaya hidup yang diberikan Rp3.030.000, aturan mengenai barang bawaan saat pulang seperti air zam zam, hingga lokasi mana saja yang boleh didatangi.

“Di sana cuaca panas, harus cukup minum. Nanti pas lempar jumroh minimal satu orang bawa satu botol air, harus diminum jangan pegang saja, nanti kalau habis setiap jalan ada isi ulang,” kata dia menyampaikan ragam edukasi yang dijabarkan dalam Manasik.

Pelatihan dalam Manasik sendiri akan berakhir pada 22 Mei 2023 nanti, untuk selanjutnya calon haji dari Pulau Dewata akan diberangkatkan pada 9 Juni 2023.

Nurkhamid menyebut selain penerapan haji ramah lansia, tantangan pada tahun ini juga dari penerapan visa haji yang wajib dibuat jamaah dari Indonesia.

Di mana, dari 698 kuota haji di Bali sebanyak 98 persen telah menyelesaikan proses registrasi tersebut dalam aplikasi Saudi Visa Bio milik pemerintah Arab Saudi.*

Baca juga: 673 warga Bali batal berangkat haji

Baca juga: Ibadah haji 2020 diharapkan anggota DPD Bali tidak terganggu COVID-19

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023