Phnom Penh (ANTARA) - Berburu buah tangan khas Kamboja menjadi pilihan para atlet yang telah menyelesaikan serangkaian pertandingan pada SEA Games XXXII/2023.

Hal ini pula yang dilakukan para atlet dari cabang olahraga angkat besi yang mencari oleh-oleh di Central Market atau Pasar Sentral Kamboja di Phnom Penh, Rabu.

Mereka hilir mudik dari satu kios ke satu lainnya mencari buah tangan untuk dibawa pulang ke Tanah Air.

Seperti Nurul Akmal, lifter yang meraih perak di kelas 71kg putri yang tampak sibuk memilih berbagai hiasan khas Kamboja.

Berburu oleh-oleh khas negara kerap dilakukan Amel, sapaan akrab Nurul Akmal. Bak peribahasa sambil menyelam minum air, setiap kali bepergian ke luar negeri untuk melakoni pertandingan, Amel sudah pasti mengunjungi lokasi yang menjual oleh-oleh khas dari negara tersebut.

"Setiap kali selepas pertandingan, saya memang selalu mencari oleh-oleh untuk keluarga dan teman di Indonesia. Selain itu juga sebagai kenangan-kenangan bahwa saya pernah ke negara tertentu, seperti Kamboja," kata Amel kepada ANTARA di Central Market, Phnom Penh, Rabu.

Berbeda dengan Amel, lifter andalan Indonesia di kelas 61kg putra Eko Yuli Irawan ikut rombongan angkat besi ke Central Market untuk sekadar cuci mata.

Selain itu, dia juga membeli dan menikmati jajanan yang ada. "Saya mengantar saja, sambil jajan makanan," ujar Eko yang meraih medali emas sekaligus memecahkan rekor di SEA Games 2023.

Bukan hanya rombongan dari cabang angkat besi, Kontingen Indonesia dari cabang hoki juga tampak membeli pernak pernik khas Kamboja.

Kontingen dari negara lainnya juga terlihat sibuk berbelanja di Central Market. Mereka didampingi para relawan yang bertugas untuk pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara edisi ke-32 tersebut.

Baca juga: Konglomerasi Kamboja-Singapura kembangkan pusat logistik di Phnom Penh
Baca juga: Mahyeldi: PM Kamboja dukung "Sister Province" Sumbar-Phnom Penh


Selanjutnya: Keunikan Central Market
Unik
 
Suasana atlet Indonesia yang berburu oleh-oleh di Central Market Kamboja, Phnom Penh, Rabu (17/5/2023). (ANTARA/Muhammad Ramdan)



Pasar Sentral berlokasi di pertigaan Kampuchea Krom Street dan 63 Street in Daun Penh District. Untuk menuju lokasi tersebut, bisa dijangkau dengan taksi atau transportasi lain seperti tuk-tuk yang sudah bisa dipesan melalui aplikasi dalam jaringan.

Pasar Sentral tampak megah. Bangunannya berbentuk salib dengan atap kubah besar. Layaknya pasar tradisional di Indonesia, riuh suara pedagang yang menjajakan dagangannya nyaring terdengar sejak menginjakkan kaki di pasar yang sudah berdiri sejak Kamboja dijajah Prancis pada medio 1935-1937 tersebut.

Barang yang dijual beragam. Seperti syal motif khamer atau krama, kaus, kain sutera, perhiasan, miniatur patung, gantungan kunci, hiasan dinding dan kulkas, serta lain sebagainya yang bernuansa Negeri Angkor Wat.

Segala makanan juga ada di sini, termasuk buah-buahan, sate jeroan, makanan laut, cemilan dari olahan serangga dan lain sebangainya.
Pasar Sentral Kamboja memang menjadi pilihan wisatawan untuk berburu oleh-oleh khas Kamboja.

Uniknya lagi beberapa pedagang lokal Kamboja di Central Market bisa berbahasa Indonesia.

Dengan begitu komunikasi saat berbelanja lancar. Sama seperti di Indonesia, tawar menawar pun bisa dilakukan.

Setiap toko yang menjajakan dagangan mereka dengan harga variatif. Tergantung, pintar tidak dalam menawar.

Misalnya saja untuk syal khamer, untuk harga satuan pedagang membandrol dengan harga 4 dolar AS (sekitar Rp59 ribu), setelah tawar menawar harganya bisa turun hingga setengahnya. Bahkan bisa mendapat bonus bila beli dengan jumlah yang banyak.

Sedangkan untuk pembayaran, bisa dengan dolar maupun mata uang real yang memiliki perbandingan 1 dolar untuk 4 ribu real.

Baca juga: Menghabiskan malam di Pasar Malam Phnom Penh
Baca juga: Menjelajahi Phnom Penh dengan transportasi tradisional tuk-tuk



Selanjutnya: SEA Games 2023 ditutup
Sukarelawan mendampingi atlet Indonesia yang berburu oleh-oleh di Central Market Kamboja, Phnom Penh, Rabu (17/5/2023). (ANTARA/Muhammad Ramdan)

​​​​​SEA Games XXXII/2023 secara resmi ditutup di Morodok Techo National Stadium, Phnom Penh, nanti malam. Seluruh rangkaian pertandingan pun telah selesai kemarin malam.

Mayoritas atlet dari Indonesia sudah pulang ke Tanah Air secara bertahap, menyesuaikan jadwal pertandingan dari cabang olahraga masing-masing.

Tetapi bagi atlet dari cabang yang baru menyelesaikan laga, kemarin, masih berada di Kamboja. Mayoritas dari mereka pulang, esok.

Selain angkat besi dan Kamboja, cabang yang baru selesai dipertandingkan, kemarin, di antaranya polo air, bulu tangkis, bola basket, anggar, judo, kick boxing, sepak takraw, gulat, dan sepak bola.

Sepak bola menjadi penutup cabang olahraga yang dipertandingkan di pesta olahraga dua tahunan tersebut dengan kemenangan Indonesia atas Kamboja dengan skor 5-2.

Kontingen Indonesia pada SEA Games 2023 berada di posisi tiga besar klasemen akhir perolehan medali dengan 87 emas, 80 perak, dan 109 perunggu.

Pencapaian tersebut melampaui target perolehan medali yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo pada saat pelepasan di Istana Negara, Selasa (2/5), yakni di atas 69 medali emas.

Tak hanya memenuhi target presiden, torehan ini merupakan yang terbanyak dalam enam SEA Games terakhir. Sebelumnya sejak SEA Games XXVII/2013 di Naypyitaw, Myanmar perolehan medali emas Indonesia tidak pernah menyentuh angka 80.

Sedangkan untuk peraih medali terbanyak adalah Vietnam yang mengoleksi 355 medali dengan rincian 136 emas, 105 perak, dan 114 perunggu. Di bawahnya ada Thailand yang pulang dengan 108 emas, 96 perak, dan 108 perunggu.

Di bawah Indonesia ada tuan rumah Kamboja yang mampu menempati posisi keempat setelah mengumpulkan 81 emas, 74 perak, dan 109 perunggu.

Sisanya Filipina dengan 58 emas, 86 perak, 116 perunggu. Singapura pulang dengan 51 emas, 42 perak, dan 64 perunggu.

Malaysia dengan 34 emas, 45 perak, dan 97 perunggu. Kemudian Myanmar dengan 21 emas, 25 perak, dan 68 perunggu.

Laos pulang dengan 6 emas, 22 perak, dan 60 perunggu. Sementara Brunei Darussalam mengoleksi 2 emas, 1 perak, 6 perunggu. Timor Leste menjadi negara peserta dengan medali paling sedikit yakni 8 perunggu.


Baca juga: Sukses Indra Sjafri yang terulang di Phnom Penh
Baca juga: Mencari pernak-pernik unik di Central Market Phnom Penh

 

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2023