Jakarta (ANTARA) - ChatGPT dan bot AI lainnya diketahui dapat membuat rencana menu makan bahkan dengan memperhitungkan preferensi diet, kebutuhan kalori, tinggi, berat, usia, jenis kelamin, dan sasaran kesehatan seseorang.

Bahkan, bot langsung meminta informasi ini saat diminta membuat rencana menu makan. Tetapi pertanyaannya, apakah teknologi ChatGPT bisa melakukannya dengan baik?

Seperti disiarkan Health, Senin (15/5), ketika ada permintaan untuk membuat diet 1.500 kalori untuk wanita berusia 60 tahun, misalnya, ChatGPT mengeluarkan rencana tujuh hari untuk tiga kali makan dan dua kudapan per hari. Rencananya sesuai dengan kriteria sehat bagi jantung yakni memasukkan banyak buah dan sayuran, biji-bijian, protein tanpa lemak, dan makanan lain yang rendah sodium, lemak jenuh, dan gula tambahan.

Namun, pemindaian cepat terhadap makanan dan kudapan yang disediakan mengungkapkan beberapa kekurangan yang mencolok. Diet jantung tujuh hari ChatGPT dan diet lain yang diuji memiliki variasi yang sangat rendah.

Camilan sehat jantung yang direkomendasikan ChatGPT terbatas antara satu apel, satu jeruk, atau satu yogurt tanpa lemak, tidak ada yang lainnya sepanjang minggu.

Baca juga: ChatGPT mampu menjawab soal-soal pada ujian radiologi

Demikian juga untuk setiap makan malam, mengikuti pola yang dapat diprediksi yakni protein tanpa lemak, sayuran panggang atau kukus, dan satu porsi pati. Tidak ada saran yang diberikan untuk membuat makanan ini enak dengan menambahkan bumbu atau rasa lainnya.

Sementara itu, paket rencana makan tujuh hari buatan chatbot tidak menampilkan minuman atau makanan manis, bahkan saat diminta untuk membuat makanan yang dimaksudkan untuk menambah berat badan. Jika seseorang ingin makanan atau minuman manis muncul di paket makannya, maka dia harus memberi tahu ChatGPT secara khusus.

Ahli diet sekaligus pendiri Real Life Nutritionist Miranda Galati, MHSc, RD, mengakui ChatGPT dapat menjadi alat yang sangat membantu untuk mengumpulkan ide makanan, membuat daftar belanjaan, dan menambahkan lebih banyak makanan padat nutrisi. Namun, ChatGPT memiliki beberapa masalah sebelum menjadi sumber informasi yang sepenuhnya dapat dipercaya.

“Karena ChatGPT menarik informasi dari seluruh internet, Anda tidak tahu apakah Anda mendapatkan informasi dari sumber yang kredibel atau sumber yang meragukan," kata Galati.

Baca juga: Banyak pria lajang akan gunakan ChatGPT tipu calon pasangan kencan

Selain itu, menurut Lisa Andrews, MEd, RD, LD, pemilik Sound Bites Nutrition, jangkauan ChatGPT hanya meluas hingga tahun 2021, jadi, tidak memasukkan penelitian terbaru seputar makanan dan kesehatan. Andrews juga mencatat ChatGPT tidak memperhitungkan kebiasaan makan seseorang saat ini, yang merupakan faktor penting dalam perencanaan makan.

“Teknologi ini tidak dapat memperoleh riwayat diet dari Anda untuk menyarankan perubahan dalam diet Anda dan tidak bisa mengevaluasi apa yang sudah Anda makan," tutur Andrews.

Betapapun bermanfaatnya AI dalam keadaan tertentu, tetapi, sejauh ini teknologi tersebut tidak dapat menggantikan kebijaksanaan dan pemahaman seorang profesional nutrisi yang terlatih, terutama pada kondisi medis tertentu.

“Ahli diet akan meluangkan waktu untuk memahami dan mengakomodasi riwayat kesehatan fisik, perjuangan kesehatan mental, kesukaan, ketidaksukaan, gaya hidup, dan tujuan Anda,” kata Galati.

Mereka tidak hanya memberikan ide makan, tetapi juga dilatih untuk memahami dan membimbing seseorang. Ahli diet akan membantu seseorang mempelajari cara bertahan untuk benar-benar mengubah kesehatannya dalam jangka panjang.

Baca juga: Ingin biasakan konsumsi makanan sehat? Ini caranya menurut pakar

Baca juga: Cara agar berat badan tidak naik lagi setelah diet

Baca juga: Guru Besar UNJ: AI tak bisa gantikan manusia soal pembentukan karakter

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023