Surabaya (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendukung evakuasi bangkai seekor ikan paus jenis balin yang ditemukan tewas terdampar di kawasan pantai Surabaya untuk selanjutnya menjadi bagian dari kelengkapan wisata edukasi.

Mantan Menteri Sosial itu mengapresiasi tim Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar wilayah kerja Jatim yang mengupayakan agar kerangka ikan paus tersebut dapat direkonstruksi menjadi bagian dari kelengkapan wisata edukasi di Museum Satwa Jatim Park 2 Kota Batu.

"Karena Indonesia hampir 85 persen wilayahnya maritim. Maka edukasi kemaritiman juga menjadi bagian yang sangat penting," kata Khofifah saat mengawal proses evakuasi bangkai paus balin di Surabaya, Kamis.

Bangkai paus balin betina berukuran panjang 12 meter dengan berat mencapai 10 ton itu ditemukan nelayan tersangkut di kawasan hutan mangrove Tambakbatu Sukolilo Surabaya pada Minggu dini hari, 14 Mei lalu.

Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (FKH Unair) menyebut paus nahas tersebut telah mati sekitar dua atau tiga hari sebelum ditemukan.

Baca juga: Tim Unair teliti sebab kematian paus yang terdampar di pantai Surabaya

Proses evakuasinya ditarik menggunakan tiga unit perahu nelayan dari lokasi awal ditemukan menuju tempat wisata Kenjeran Park Surabaya. Selanjutnya diangkut menggunakan kendaraan alat berat "crane" menuju Museum Satwa Jatim Park 2 Kota Batu.

Khofifah menjelaskan, sebelum nantinya dipamerkan untuk edukasi wisata di Museum Satwa Jatim Park 2, bangkai paus akan dikuburkan terlebih dahulu minimal selama satu setengah tahun. Kemudian akan diambil kerangkanya dan direkonstruksi menjadi bagian dari kelengkapan wisata edukasi.

"Jadi nanti tim BPBD Jatim akan membantu proses pemakamannya," ujarnya.

Khofifah mengungkapkan, wilayah perairan Jatim kerap menjadi perlintasan kawanan berbagai jenis ikan paus yang hidup di perairan Australia saat bermigrasi menuju India.

Maka menurutnya autopsi oleh tim FKH Unair sangat penting untuk mengungkap bagaimana dalam proses migrasi tersebut ikan paus bisa terdampar di wilayah Jatim.

Hasil autopsi oleh tim FKH Unair sementara mengungkap tidak ada tanda-tanda kekerasan atas kematian paus balin, serta pendengarannya masih terbilang normal.

"Hasil autopsi selengkapnya, salah satunya untuk menjawab bagaimana bisa terdampar dan mati di wilayah Jatim, masih membutuhkan waktu kira-kira selama 12 hari lagi," ucap Khofifah.

Baca juga: KKP imbau masyarakat tak manfaatkan minyak bangkai paus
Baca juga: Paus mati di wilayah Bali diduga karena sakit
Baca juga: BKKPN laporkan 10 ekor paus terdampar di wilayah NTT, dua mati

Pewarta: Abdul Hakim/Hanif Nashrullah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023