Untuk tahap awal, luas lahannya disepakati 10 hektar. Jika ujicoba ini sukses, Pemprov Kepulauan Riau (Kepri) sudah mencadangkan lahan seluas 30 hektare di Tanjung Batu, Kabupaten Karimun,"
Tanjungpinang (ANTARA News) - Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) bekerja sama dengan Pemprov Kepulauan Riau akan mengembangkan singkong formula satu (F-1) dengan perlakuan serbuk kelapa di Kabupaten Bintan sebagai proyek percontohan.

"Untuk tahap awal, luas lahannya disepakati 10 hektar. Jika ujicoba ini sukses, Pemprov Kepulauan Riau (Kepri) sudah mencadangkan lahan seluas 30 hektare di Tanjung Batu, Kabupaten Karimun," kata Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI Ady Indra Pawenari di Tanjungpinang, Rabu.

Hal itu dikatakan usai melakukan pertemuan dengan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Provinsi Kepri Said Jaafar.

Ady mengatakan bibit singkong yang akan dikembangkan AISKI di Bintan adalah bibit hasil inkubasi DNA (deoxyribosenucleid acid) singkong asal Taiwan dan singkong asli Kalimantan Timur.

Pengembangannya dilakukan dengan sistem tumpang sari, yakni menyertakan tanaman pendamping seperti sayur-sayuran dan tanaman lainnya.

"Dalam hitungan ujicoba dan simulasi AISKI, baik di lahan subur maupun lahan marginal dan miskin hara, produksi singkong dengan menggunakan perlakuan sabut kelapa (coco peat) dapat ditingkatkan menjadi 500 - 800 ton per hektare," kata Ady.

Menurut Ady, dengan perlakuan coco peat tersebut hanya dibutuhkan lahan seluas 55 ribu hektare untuk mencapai targert 27,6 juta ton singkong yang dicanangkan pemerintah.

"Target pemerintah memproduksi singkong sebanyak 27,6 juta ton di areal seluas 1,5 juta hektare. Dengan perlakukan coco peat, AISKI hanya butuh lahan seluas 55 ribu hektare," jelas Ady.

Menurut Ady, pemilihan Bintan sebagai daerah percontohan pengembangan budidaya singkong F-1 dengan perlakuan coco peat tersebut tidak terlepas dari posisi strategis Pulau Bintan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia. Apalagi Pemprov Kepri sudah memiliki kerja sama pemasaran hasil pertanian dengan Singapura.

Mengutip data statistik Agri Food and Veterinary Authority of Singapura (AVA), kebutuhan sayur mayur di negara singa itu mencapai 487.336 ton per tahun. Sementara kebutuhan buah-buahan mencapai 374.067 ton per tahun.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Provinsi Kepri, Said Jaafar mengatakan dengan pengembangan budidaya singkong F-1 di Bintan diharapkan bisa memenuhi permintaan pasar Singapura.

"Sampai saat ini, Kepri baru dapat memasok sayur-sayuran organik ke Singapura dua ton per hari. Padahal, kebutuhannya mencapai 1.000 ton per hari," kata Said.

Said mengaku sudah mengenal pemanfaatan coco peat untuk meningkatkan produktivitas lahan sejak tahun 2004 lalu di Thailand. Namun, di dalam negeri, ia baru mengetahuinya dari publikasi AISKI melalui media.

"Waktu saya ke Thailand, saya lihat tanah kebun di sana hitam-hitam dan gembur. Tanamannya juga cukup subur. Setelah saya tanya, ternyata yang hitam-hitam itu coco peat," tuturnya.

Baik Ady maupun Said menyatakan kesiapannya mendukung program pemerintah mencapai swasembada pangan pada tahun 2014. Termasuk pencapaian target 27,6 juta ton produksi singkong.

(KR-HKY/I014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013