Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan bahwa Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) tahun 2023 yang jatuh pada 20 Mei merupakan waktu baik untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat berdaulat.

“Melalui momentum Hari Bakti Dokter Indonesia ke-115 ini, PB IDI mengajak seluruh dokter Indonesia tidak hanya menjadi agent of treatment, namun harus mampu menularkan nilai profesi dan kecendikiawanannya sebagai agen perubahan di tengah gempuran narasi yang nirfakta,” kata Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Dalam hari jadi ke-115 yang bertemakan “Dokter Indonesia untuk Rakyat Indonesia” itu, Adib menyatakan bahwa jauh sebelum ada rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan berbagai organisasi dunia tentang tiga peran utama dokter, yakni agen pengobatan, agen perubahan dan agen pembangunan, setiap dokter di Indonesia sudah menjalankan peran kompleks dalam pembangunan manusia Indonesia.

Baca juga: MPR dorong pemerintah perhatikan isi tuntutan pada unjuk rasa PB IDI

Baca juga: Ketum PB-IDI pastikan layanan darurat tetap berjalan saat aksi damai


Dokter hadir sebagai barisan terdepan yang mengawal keberlangsungan sebuah bangsa. Selain menularkan nilai profesinya, tiap dokter dituntut untuk menyebarkan edukasi yang konsisten dan pelayanan yang berkesinambungan guna menciptakan manusia Indonesia yang cerdas, sehat dan sejahtera, sehingga mampu bersama memecahkan berbagai masalah.

Walaupun sebagai agen pembangunan, dokter Indonesia dapat terus berkarya sesuai kemajuan teknologi dan sumber daya, yang akhirnya akan bermuara pada kebijakan programatik untuk masyarakat.

Dengan semangat yang sama, Adib meyakini baik dokter maupun rakyat kembali dalam barisan yang tidak berbeda dalam memperjuangkan kemajuan bangsa.

“Seiring, seirama, setumpah darah Indonesia. Dokter Indonesia akan terus terdepan dalam pengabdian dan sinergi dalam pembangunan. Bangga menjadi dokter Indonesia, karena dokter Indonesia untuk rakyat Indonesia,” kata Adib.

Presiden dokter di seluruh dunia (WMA), David Barbe menambahkan pandemi membuat para dokter merasa kecewa dan kehilangan semangat dalam perjuangan mereka melawan COVID-19.

Ada banyak dokter di seluruh dunia yang tidak merasa dihargai atau didukung atas risiko yang telah diambil atau pengorbanan yang telah dilakukan dalam merawat pasien dengan COVID hingga mengalami demoralisasi. Lalu, banyak dokter yang merasa pemerintah mereka dan dalam beberapa kasus, rumah sakit mengecewakan mereka.

Baca juga: Hari Bakti Dokter Indonesia 2022 di Pati diisi kegiatan sosial

Sehingga, menurutnya, para dokter perlu mendengar bahwa mereka dihargai dan mengakui terhadap semua yang telah dilakukan dan terima kasih atas pengorbanan yang telah dilakukan semua dokter di seluruh dunia.

“Dokter perlu mendengar itu dan tugas kita sebagai pemimpin organisasi profesi untuk memastikan dokter kita tahu bahwa kita bangga dan menghargai semua upaya yang sudah dilakukan dalam penanganan COVID-19,” katanya.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023