Jakarta (ANTARA News) - Setelah deretan film-film jenis "fairy-tale twist" dengan bintang besar dan ambisi besar namun jeblok di pasaran, seperti kisah Putri Salju hingga Si Jubah Merah sepanjang 2012, Hansel & Gretel mencoba peruntungan di 2013 dengan gaya yang berbeda.

Film "Hansel & Gretel: Witch Hunters" berdurasi 1 jam 40 menit itu tak mencoba serius seperti pendahulunya. Tak juga mencoba membuat "twist" yang rumit atau menghadirkan kostum-kostum ektravaganza yang aneh dan tarian ajaib.

Sutradara asal Norwegia Tommy Wirkola bahkan tidak repot mengubah karakter kakak beradik itu walaupun kali ini pasangan kakak beradik itu telah dewasa.

Hansel (Jeremy Renner) tetaplah sosok ceroboh laiknya Hansel kecil yang dengan ceroboh memakan permen penyihir jahat tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Gretel (Gemma Artenton) juga tetaplah cerminan dari Gretel kecil yang tak kenal menyerah.

Bedanya mereka berdua jauh lebih tangguh dan lebih siap tempur daripada 15 tahun lalu. Berbekal senapan mesin, panah, granat dan banyak lagi peralatan ala Batman, kakak beradik itu berkelana menjadi pembunuh bayaran berdarah dingin spesialis penyihir.

Rupanya mereka tak bisa berhenti setelah sukses besar memanggang penyihir pertama mereka.

Suatu ketika perjalanan kakak beradik itu sampai di kota Augsburg berdasarkan "undangan" walikota setempat yang menginginkan Hansel dan Gretel mencari 11 anak kecil yang hilang dari desa tersebut.

Kemunculan dramatis Hansel dan Gretel di desa itu diawali dengan perseteruan dengan sherif Berringer (Peter Stormare) yang berniat membakar seorang perempuan muda, Mina (Pihla Viitala), yang diduga penyihir, di muka umum.

Dengan gaya sok "profesional" Hansel membubarkan "acara" itu dengan mengatakan bahwa Mina bukan penyihir karena dia tidak memiliki tanda-tanda seorang penyihir, selain tentu saja gadis itu cantik.

Insiden itu kemudian memicu persaingan antara kakak beradik itu dengan Berringer untuk menjadi yang terbaik dalam membunuh penyihir, terutama setelah kemunculan penyihir Muriel (Famke Janssen) ke kota itu guna menangkap anak ke-12.

Muriel membutuhkan dua belas anak kecil, enam laki-laki dan enam perempuan, yang mewakili 12 bulan untuk persembahan di malam bulan darah yang akan membuat seluruh penyihir menjadi abadi dan tak lagi mempan dibakar api.

Untuk melengkapi persembahan itu ia juga membutuhkan jantung seorang penyihir putih. Oleh karena itu Muriel sengaja "menjebak" Hansel dan Gretel untuk kembali ke Augsburg, titik awal perjalanan kakak beradik itu.

Dengan alur yang terbilang sederhana duet D.W Harper dan Wirkola meramu epilog sekaligus prolog dari dongeng kakak beradik Hansel dan Gretel milik Brothers Grimm.

Dia memberi awal dan akhir dari pertualangan Hansel dan Gretel di rumah permen. Tentang mengapa ayah mereka meninggalkan kakak beradik itu di hutan gelap, mengapa Hansel dan Gretel kebal terhadap sihir hingga alasan Muriel memburu mereka di Augsburg.

Komedi Gelap
"Hansel & Gretel: Witch Hunters" adalah komedi gelap yang sederhana dan (berusaha untuk) menghibur.

Film ini mencoba menggabungkan gaya dongeng Disney, gothic gelap yang aneh ala Tim Burton dan "neo noir" Quentin Tarantino.

Hasilnya adalah sebuah dongeng gelap penuh adegan berdarah dan karakter aneh yang terangkum dalam gambar-gambar cantik.

Walaupun sayangnya Wirkola masih tampak kedodoran memberi makna pada sejumlah adegan pertempuran yang selalu berakhir dengan darah yang berhamburan.

Namun terlepas dari itu Wirkola dan Harper sangat kompak menyusun satu demi satu adegan penuh humor gelap hingga membentuk satu kisah segar yang lengkap.

Tengok saja dialog antara Hansel dan Mina, saat penyihir putih itu menemukan Hansel tergantung di pohon. Atau adegan saat Hansel "heboh" bersalto menyerbu tempat persembunyian Muriel yang hanya berujung dengan hantaman di kepalanya.

Tak ketinggal info-info kecil yang penting tak penting namun menyisakan tawa, misal tentang sakit diabetes yang diderita Hansel atau penggunaan peralatan-peralatan ala Batman abad pertengahan.

Sementara itu kesan dongeng Disney bernuansa Burton tercermin pada cara Wirkola menggambarkan setiap karakter penyihir dan baju kulit ketat Hansel dan Gretel.

Film ini sesungguhnya siap diedarkan pada 2012, namun karena satu dan lain hal peluncurannya ditunda hingga awal 2013. Banyak pihak yang menyebut penundaan peluncuran perdana film tersebut adalah untuk menunggu status bintang Renner menanjak dengan memberi kesempatan munculnya sejumlah film Renner yang lain, misal "The Avenger" dan "The Bourne Legacy".

Penampilan Renner sebagai Hansel tak bisa dibilang istimewa, namun juga tak buruk mengingat sebagian besar karakter dalam film ini memang tidak terbangun dengan kuat karena alur ceritanya yang datar. Walau begitu Arterton cukup mencuri perhatian sebagai Gretel yang perkasa.

Singkatnya, versi dewasa dongeng Jerman yang bukan untuk konsumsi anak-anak ini adalah kisah klasik tentang para penyihir jahat pencuri anak dengan latar Eropa abad pertengahan, masa dimana para penyihir layak dibakar hidup-hidup, yang dikemas kembali dalam sebuah komedi horor yang ringan dan cocok untuk bersantai.

Seringan dan serileks gaya Hansel saat menjawab pertanyaan tentang cara terbaik untuk membunuh penyihir. "Bakar Mereka Semua!"

(G003/D009)

Pewarta: GNC Aryani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013