Kami berharap anak-anak muda lulusan SMA S1 ini magang di Jepang.
Bandung (ANTARA) - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat (Disnakertrans Jabar) menggelar seleksi berupa tes fisik bagi 121 orang calon peserta pemagangan ke Jepang di Lapangan Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung.

"Pada sesi 2023 ini, Jawa Barat tengah menyeleksi 121 calon peserta Jepang yang sudah sampai ke tahap tes fisik. Jumlah tersebut berasal dari 192 pendaftar yang melalui serangkaian seleksi," kata Kepala Disnakertrans Jabar Rachmat Taufik Garsadi, ketika dihubungi, Kamis.

Taufik, berdasarkan informasi yang didapatkan oleh pihaknya, menyebutkan Jepang setiap tahunnya butuh 160.000 tenaga kerja untuk magang di Jepang.

Selain Jabar, Jawa Timur (Jatim), dan Jawa Tengah (Jateng) turut mengirimkan tenaga kerjanya ke Jepang.

"Kami sudah membuka pendaftaran selebar-lebarnya cuma pendaftarnya ada 192 padahal tidak ada batasan kuota untuk magang ke Jepang ini tadi ada 160 ribu kebutuhan tenaga kerja untuk magang di Jepang," ujar Taufik.

Untuk mengirimkan tenaga kerja ke Jepang, Disnakertrans Jabar menjalin kerja sama dengan IM JAPAN.

IM JAPAN merupakan yayasan sosial di Jepang yang bertugas menerima peserta praktik kerja dari luar negeri (khususnya dari Indonesia).

Dia mengatakan, penduduk Jepang saat ini 60 persen di atas 60 tahun dan hal itu jadi beban sementara Jepang ingin laju ekonomi mereka terjaga dan di sisi lain kompetitornya luar biasa seperti China.

"Jepang terkenal inovasi-inovasi China juga. Nanti pekerja yang mereka rekrut tidak hanya operator, tapi tenaga ahli juga dibutuhkan jadi terbuka lebar untuk Indonesia, Jabar khususnya," kata Taufik.

Ia menuturkan kerja sama dengan IM Japan sudah terjalin sejak 30 tahun dan dua tahun setelah pandemi Jepang banyak membutuhkan sekali tenaga kerja. Sehingga sebetulnya kalau lolos tes tidak ada batasan berapa orang atau kuota sebanyak-banyaknya bisa magang.

Dia mengatakan untuk lolos harus memenuhi sejumlah kriteria, seperti kriteria administrasi maksimal 26 tahun, menguasai pengetahuan umum, tes fisik dan kesehatan, dan wawancara, dan setelah itu dilatih dua bukan untuk mempelajari bahasa Jepang.

"Kami berharap anak-anak muda lulusan SMA S1 ini magang di Jepang. Tentunya akan banyak berguna selain akan tingkatkan skill, SDM akan mempunyai sikap jiwa industri di Jepang itu semangatnya. Ketika ulang magang tiga tahun bisa bangun Indonesia kita ingin di Jabar punya sikap attitude industri seperti di Jepang," ujar dia lagi.

Lebih lanjut ia mengatakan walaupun demikian mereka yang ingin bekerja ke Jepang tetap harus waspada terhadap tawaran-tawaran pihak-pihak yang perusahaannya tidak teregistrasi di Kementerian Tenaga Kerja maupun BP3MI

Direktur IM Japan atau International Manpower Development Organization Japan Mr Akasaka mengatakan negaranya membutuhkan setidaknya 300.000 tenaga kerja per tahun.

Pada umumnya perawat, caregiver, dan bidang kerja lain seperti industri mesin otomotif.

Mr Akasaka menuturkan setiap tahunnya merekrut ke berbagai negara termasuk Indonesia.

Dia mengakui pekerja dari Indonesia lebih disukai oleh pengguna atau user di Jepang.

"Walaupun beda agama tapi kebanyakan cocok dengan orang Jepang. Kemudian kami suka pada orang Indonesia karena semangat kerja mereka, rajin dan pekerja keras," ujar dia lagi.
Baca juga: Kemnaker berangkatkan 160 peserta magang ke Jepang
Baca juga: Menaker lepas 246 peserta magang ke Jepang

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023