Singapura (ANTARA) - Dolar AS naik di awal sesi Asia pada perdagangan Senin pagi, karena ketahanan ekonomi di Amerika  meningkatkan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve, sementara berita kesepakatan plafon utang memicu beberapa sentimen risiko.

Greenback membukukan tertinggi baru enam bulan di 140,91 yen di awal perdagangan Asia dan menuju kenaikan bulanan lebih dari 3,0 persen terhadap mata uang Jepang.

Penurunan baru yen terjadi di balik kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, karena taruhan meningkat bahwa suku bunga di Amerika Serikat akan tetap lebih tinggi lebih lama.

Data yang dirilis pada Jumat (26/5/2023) menunjukkan  belanja konsumen Amerika meningkat lebih dari yang diharapkan pada April dan inflasi meningkat, menambah tanda-tanda ekonomi yang masih tangguh.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak karena data, dengan imbal hasil dua tahun, yang biasanya mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, naik lebih dari 10 basis poin ke level tertinggi lebih dari dua bulan di 4,639 persen pada Jumat (26/5/2023).

Obligasi pemerintah AS tidak diperdagangkan di Asia pada Senin, sehubungan dengan liburan Memorial Day di Amerika Serikat, sementara kontrak berjangka secara umum stabil. Imbal hasil tersirat berjangka sepuluh tahun mencapai 3,84 persen.

Pasar Inggris juga ditutup pada Senin untuk liburan umum.

Terhadap dolar, euro turun 0,13 persen menjadi 1,0719 dolar, sementara sterling turun 0,07 persen menjadi 1,2342 dolar.

"Apakah dolar menopang reli yang kita lihat, saya pikir itu akan tergantung terutama pada data upah, atau pendapatan rata-rata dalam laporan gaji Jumat (2/5/2023), dan jelas kita juga memiliki IHK sebelum Fed," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank (NAB).

"Masih banyak data mengalir sebelum kita sampai ke pertemuan bulan Juni."

Pasar uang sekarang memperkirakan peluang hampir 68 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juni, dibandingkan dengan peluang sekitar 17 persen seminggu yang lalu, menurut alat CME FedWatch.

Sentimen risiko di Asia didukung oleh berita pada akhir pekan bahwa Presiden AS Joe Biden telah menyelesaikan kesepakatan anggaran dengan Ketua DPR Kevin McCarthy untuk menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS hingga 1 Januari 2025.

Biden mengatakan pada Minggu (28/5/2023) bahwa kesepakatan itu siap untuk dibawa ke Kongres untuk pemungutan suara.

Dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko sedikit lebih tinggi, dengan dolar Australia naik 0,17 persen menjadi 0,6529 dolar AS. Kiwi naik 0,08 persen menjadi 0,6052 dolar AS.

"Sejauh ini kami mendapat respons positif risiko terhadap berita kesepakatan utang," kata Attrill dari NAB.

"Jelas masih ada kebutuhan untuk menyelesaikan kesepakatan utang ini, tapi saya pikir pasar senang melakukan perjalanan dengan anggapan bahwa itu akan selesai sebelum tanggal-X yang baru."

Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Jumat (26/5/2023) mengatakan pemerintah akan gagal bayar jika Kongres tidak menaikkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS pada 5 Juni, setelah sebelumnya mengatakan gagal bayar bisa terjadi paling cepat 1 Juni.

Terhadap sekeranjang mata uang, dolar AS naik 0,02 persen menjadi 104,29.

Di tempat lain, lira Turki berada di bawah tekanan pada 20,04 per dolar AS, setelah merosot ke rekor terendah 20,06 per dolar pada Jumat (26/5/2023)

Presiden Tayyip Erdogan mengamankan kemenangan dalam pemilihan presiden negara itu pada Minggu (28/5/2023), memperpanjang pemerintahannya yang semakin otoriter menjadi dekade ketiga.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023