Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin pagi, turun turun tipis lima poin menjadi Rp9.410/9.445, dibandingkan dengan level penutupan akhir pekan lalu pada Rp9.405/9.445 per dolar AS. "Kenaikan dolar AS relatif kecil, karena spekulasi beli dolar belum ramai, sehubungan pelaku lokal ingin mengetahui lebih jauh kepastian defisit transaksi perdagangan AS," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega, Kostaman Thayib, di Jakarta. Menurut dia, defisit transaksi berjalan AS pada April hanya mencapai 63,4 miliar dolar AS sedikit turun dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 65 miliar dolar AS. Kondisi ini mendorong pelaku asing khususnya eksportir Jepang melakukan pembelian dolar AS sehingga memicu mata uang itu menguat, katanya. Euro terhadap dolar AS menjadi 1,2625 dari sebelumnya 1,2595, sterling jadi 1,8400 dri sebelumnya 1,8365, dan dolar AS jadi 114,20 dari sebelumnya 114,00 yen. Kostaman mengatakan meski dolar AS di pasar global menguat, namun tekanan terhadap rupiah di pasar lokal belum besar, sehingga mata uang lokal itu terkoreksi tipis. "Kami mengharapkan peluang ini mendorong Bank Indonesia (BI) untuk masuk pasar dan melepas dolar AS, sehingga tekanan terhadap rupiah tertahan bahkan kemungkinan besar bisa bergerak naik pada sore nanti," katanya. "Penurunan rupiah terhadap dolar AS, juga karena arus modal asing belum kembali memasuki pasar lokal, setelah beberapa waktu lalu keluar," tambahnya. Menurut dia, arus modal asing yang keluar itu tidak besar hanya 1 miliar dolar AS yang diperkirakan dalam waktu tidak lama akan ditempatkan kembali di pasar valas, karena itu koreksi terhadap rupiah hanya bersifat sementara. "Kami optimis rupiah akan kembali membaik, kecuali penempatan dana asing di pasar modal ditarik untuk membeli dolar AS, maka rupiah akan terus terpuruk," katanya. Jadi, lanjutnya, rupiah merosot karena faktor global saja dan dalam waktu tidak lama akan kembali membaik, apalagi akan masuknya investor asing terutama dari China yang siap membangun pabrik sepatu dan listrik di Indonesia. Apalagi bank sentral AS menurut rencana akan kembali menaikkan tingkat suku bunganya untuk menekan inflasi AS yang terus meningkat. Fokus inflasi yang akan dibahas dalam pertemuan itu merupakan jalan yang terbaik bagi pemerintah As, katanya. Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat dalam tahun ini mengingat kondisi perekonomian Amerika Serikat yang kurang baik. "Jadi saya lihat penguatan dolar AS itu jangka pendek. Dalam jangka panjang dolar akan melemah, karena adanya economic yang slowdown dan mereka punya faktor fundamental yang tidak bagus," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aslim Tadjuddin, di Jakarta, Jumat. Menurutnya, neraca pembayaran AS saat ini defisitnya sangat besar, sehingga dolar AS akan melemah memperbaikinya. "Jadi pelemahan ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena pergerakan rupiah sejalan dengan mata uang secara global. Dolar AS menguat terhadap semua mata uang, kalau mata uang global yen, euro itu melemah, secara regional kita ikut disitu," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006