Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) mendorong terwujudnya generasi Indonesia yang berkarakter.

Upaya Kemendikbudristek tersebut salah satunya dilakukan melalui Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Penguatan Karakter Bersama Ekosistem Pendidikan Tahap II yang diadakan di berbagai daerah seperti di Provinsi Bali dan Provinsi Riau.

“Untuk membentuk generasi yang berkarakter dan unggul di masa depan itu bisa dimulai dari lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan,” kata Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti di Jakarta, Senin.

DKT sendiri bertujuan untuk menyosialisasikan materi Profil Pelajar Pancasila serta membangun kolaborasi antarpemangku kepentingan sehingga peserta dapat berbagi praktik baik implementasi penguatan karakter.

Baca juga: LVRI ingin jadikan generasi muda berkarakter kebangsaan kuat

Baca juga: Hadi Tjahjanto: Generasi emas Indonesia harus berkarakter Pancasila


Hal itu seiring dengan Suharti yang mengatakan bahwa penguatan karakter merupakan ruh dan pondasi utama dari pendidikan Indonesia yang tidak terbatas pada kompetensi intelektual.

Ia menegaskan generasi penerus bangsa ke depannya harus memiliki pengetahuan dan pemahaman intelektual yang disertai dengan karakter yang kuat berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

Kepala Puspeka Kemendikbudristek Rusprita Putri Utami menuturkan upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan membutuhkan peran dan pelibatan dari seluruh ekosistem pendidikan.

Terlebih lagi, dunia pendidikan di Tanah Air saat ini masih dihadapkan pada berbagai persoalan isu di antaranya meliputi tiga dosa besar pendidikan yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi.

Berdasarkan hasil Asesmen Nasional 2021, terdapat sebanyak 24,4 persen siswa yang berpotensi mengalami perundungan dalam satu tahun terakhir.

Sementara demi menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan, Kemendikbudristek telah menerbitkan dua kebijakan yaitu Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 serta Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.

Salah satu implementasinya ialah pembentukan satuan tugas (satgas) PPKS di seluruh perguruan tinggi negeri serta diikuti oleh pembentukan satgas di sejumlah perguruan tinggi swasta.

Selain itu, Kemendikbudristek juga bekerja sama dengan United Nations Children’s Fund (Unicef) Indonesia sejak 2021 dalam menerapkan program Roots Anti Perundungan.

Program ini telah melahirkan 13.800 guru yang dilatih sebagai fasilitator guru dan 43.400 siswa agen perubahan dengan keterjangkauan bimbingan teknis di 7.400 satuan pendidikan di seluruh Indonesia.

Tak hanya itu, Kemendikbudristek juga melaksanakan program penguatan perspektif kebinekaan dengan melatih 28.254 guru dalam program Pendidikan Profesi Guru (PPG), 1.576 guru dari Program Sekolah Penggerak, dan 5.211 guru dari Guru Penggerak melalui Modul Wawasan Kebinekaan Global.

“Semoga kita dapat meneruskan upaya bersama dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan demi mewujudkan generasi Indonesia yang unggul dan berkarakter,” kata Rusprita.*

Baca juga: Hari Keluarga Nasional titik bangkit untuk generasi cerdas berkarakter

Baca juga: Kemdikbud: Generasi muda berkarakter Pancasila mampu berdaya saing

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023