Jakarta (ANTARA) - LKBN ANTARA melalui Galeri Foto Jurnalistik Antara dan Redaksi Foto Kantor Berita ANTARA menghadirkan pameran foto jurnalistik bertajuk “ANTARA Mei 98” sebanyak total 25 karya yang dipotret oleh para pewarta foto ANTARA.

Pameran diadakan dalam rangka memperingati 25 tahun Reformasi sekaligus penghormatan untuk pewarta foto senior ANTARA. Pameran berlangsung mulai 30 Mei hingga 4 Juni 2023 di Pos Bloc, Jakarta.

Kurator foto Kantor Berita ANTARA Ismar Patrizki mengatakan bahwa pameran ini bertujuan untuk merawat ingatan tentang sejarah, terutama bagi masyarakat secara umum dan generasi muda yang hidup di masa sekarang.

"Keberadaan pameran inilah perlunya hadir supaya sejarah itu tidak hilang. Jadi kita sebagai generasi penerus ini tidak ahistoris, tidak lupa akan sejarah," kata Ismar saat dijumpai di Jakarta, Selasa.

Adapun pewarta foto yang berada di garis depan saat peristiwa Mei 1998 berlangsung antara lain Saptono, Maha Eka Swasta, Zarqoni Maksum, Pandu Dewantara, Jaka Sugiyanta, Mosista Pambudi, Yusnirsyah Sirin, Oscar Motuloh, Hermanus Prihatna, dan Hadiyanto.

Dalam proses kurasi foto, Ismar menjelaskan pihaknya memilih 25 foto terbaik dari seluruh dokumen arsip foto yang dimiliki ANTARA terkait dengan peristiwa Mei 1998.

Mengingat Kantor Berita ANTARA telah mendigitalkan foto-foto dari negatif film sehingga tidak terlalu sulit untuk memilih dan memilah karya yang diputuskan untuk dipamerkan.

Foto-foto yang dipilih menjadi prioritas untuk pameran “ANTARA Mei 98”, kata Ismar, didasarkan pada pertimbangan teknis dan visual yang menarik seperti penentuan atau penempatan subyek foto yang kuat.
 
Sejumlah pengunjung menikmati pameran “ANTARA Mei 98” karya pewarta foto ANTARA di Pos Bloc, Jakarta, Selasa. (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)


Salah satu karya legendaris di antara arsip yang ditampilkan dalam pameran yaitu foto karya Saptono yang merekam momen ketika mahasiswa bersorak gembira sembari menonton Mantan Presiden RI Soeharto membacakan surat pengunduran dalam siaran langsung di televisi.

"Begitu (Soeharto) bilang, ‘Saya berhenti’, semua meluapkan kegembiraan. Dan mungkin itu momentum yang menurut banyak orang, itu momentum terbaik karena di situ ada mahasiswa yang bergembira dan di situ ada Soeharto sedang tayangan langsung di TV," cerita Saptono.

Saptono mengatakan bahwa semua momen terkait Mei 1998 yang diabadikan oleh pewarta foto ANTARA merupakan bagian dari sejarah, tidak hanya foto karyanya tersebut.

Foto-foto dalam pameran “ANTARA Mei 98”, imbuh dia, menjadi pengingat agar jangan sampai momen serupa Mei 1998 tidak terulang kembali di kemudian hari sebab harus mengerahkan pengorbanan dan perjuangan yang keras dari mahasiswa.

"Ini adalah perjalanan Reformasi yang banyak korban dan ini bisa terekam baik oleh ANTARA. Oleh karena itu, sejarah itu kalau bisa tidak terulang seperti hal ini seperti yang pernah terjadi di 98 karena begitu banyak sekali pengorbanannya," pungkas Saptono.

Baca juga: Catatan dari peringatan 25 tahun reformasi

Baca juga: Pesan untuk bangsa saat 25 Tahun Reformasi

Baca juga: Aldera minta Pemerintah tetapkan 21 Mei sebagai Hari Reformasi

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023