Indeks Nikkei Jepang berakhir melonjak 2,20 persen menjadi berdiri di atas level psikologis 32.000 poin untuk pertama kalinya sejak Juli 1990
Sydney (ANTARA) - Sebagian besar pasar saham Asia naik pada Senin, di tengah optimisme Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunga bulan ini setelah laporan pekerjaan AS beragam, sementara harga minyak melonjak setelah Arab Saudi menjanjikan pengurangan produksi besar-besaran.

Di Asia, indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang diperdagangkan datar untuk hari ini, karena penurunan saham China mengimbangi kenaikan di tempat lain. Sementara itu, indeks acuan S&P/ASX 200 Australia ditutup terangkat 1,00 persen,

Indeks Nikkei Jepang berakhir melonjak 2,20 persen menjadi berdiri di atas level psikologis 32.000 poin untuk pertama kalinya sejak Juli 1990.

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,84 persen, sementara indeks saham-saham unggulan China CSI300 turun 0,46 persen, namun Indeks Komposit Shanghai menguat 0,07 persen,

Optimisme di Asia diperkirakan mengalami beberapa perlawanan di Eropa, dengan pan-regional Euro Stoxx 50 berjangka turun 0,2 persen. S&P 500 berjangka turun 0,1 persen dan Nasdaq berjangka turun 0,4 persen.

Morgan Stanley pada Minggu (4/6/2023) menurunkan target indeks mereka untuk indeks China sentris di luar negeri, mengutip pemulihan laba yang tertunda, prospek mata uang yang lebih lemah dan ketidakpastian geopolitik.

Baca juga: Saham Asia kembali naik, minyak melonjak dipicu pemotongan Saudi

Baca juga: Saham Asia dibuka naik dipicu kemajuan RUU utang AS, harapan jeda Fed


Namun, Laura Wang, ahli strategi ekuitas MS, yakin data makro China yang lebih lemah baru-baru ini menunjukkan pemulihan yang tidak merata dan tidak seimbang, bukan akhir dari siklus kenaikannya.

"Kami juga memperkirakan para pembuat kebijakan akan meningkatkan langkah-langkah pelonggaran sekitar akhir Juni/awal Juli dan pemulihan yang didorong oleh konsumsi meluas pada paruh kedua tahun ini karena pasar kerja dan tingkat pendapatan pulih," kata Wang.

Pada Senin, harga minyak, yang baru-baru ini berada di bawah tekanan di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi China, naik setelah Arab Saudi mengumumkan akan memangkas produksinya menjadi 9 juta barel per hari pada Juli, dari sekitar 10 juta barel per hari pada Mei, pengurangan terbesar selama beberapa tahun.

Minyak Brent naik 1,2 persen menjadi 77,07 dolar AS per barel pada pukul 06.00 GMT, melepaskan beberapa kenaikan sebelumnya hingga setinggi 78,73 dolar AS.

Sementara itu, minyak mentah AS naik 1,3 persen menjadi 72,69 dolar AS per barel, setelah mencapai tertinggi sesi di 75,06 dolar AS.

"Dengan Arab Saudi melindungi harga minyak agar tidak jatuh terlalu rendah ... kami pikir pasar minyak sekarang lebih rentan terhadap penurunan akhir tahun ini," kata Vivek Dhar, ahli strategi komoditas pertambangan dan energi di Commonwealth Bank of Australia.

"Kami pikir Brent berjangka akan naik menjadi 85 dolar AS per barel di kuartal keempat 2023 bahkan dengan pemulihan permintaan yang lemah di China diperhitungkan".

Data pada Jumat (2/6/2023) menunjukkan ekonomi AS menambahkan 339.000 pekerjaan bulan lalu, lebih tinggi dari perkiraan sebagian besar, tetapi pertumbuhan upah yang moderat dan tingkat pengangguran yang meningkat membuat pasar terus bertaruh pada tidak ada perubahan suku bunga Fed bulan ini, dengan peluang 75 persen memperkirakan hal itu, menurut alat CME FedWatch.

Namun, ada sekitar 70 persen kemungkinan bahwa suku bunga dana Fed akan mencapai 5,25-5,5 persen atau lebih pada pertemuan kebijakan Juli, jika inflasi AS tetap tinggi. Sebaliknya, pasar sekarang melihat sedikit peluang penurunan suku bunga pada akhir tahun ini.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS terus naik pada Senin. Imbal hasil obligasi dua tahun AS naik 3 basis poin menjadi 4,5410 persen, di atas lonjakan 16,2 basis poin pada Jumat (2/6/2023), dan imbal hasil 10 tahun juga naik 3 basis poin menjadi 3,7216 persen, setelah naik 8 basis poin pada Jumat (2/6/2023).

Fitch Ratings mengatakan peringkat kredit "AAA" Amerika Serikat akan tetap dalam pengawasan negatif, meskipun ada perjanjian utang.

Dolar AS berada di 104,11 terhadap mata uang utama lainnya pada Senin, setelah naik 0,5 persen pada Jumat (2/6/2023) karena laporan pekerjaan. Greenback juga naik 0,1 persen terhadap yen menjadi 140,03, sementara euro turun 0,1 persen menjadi 0,1070 dolar.

Bank sentral dari Australia (RBA) dan Kanada akan bertemu minggu ini. Pasar melihat peluang yang cukup besar - sekitar 40 persen - bahwa RBA dapat mengejutkan dengan kenaikan seperempat poin pada Selasa (6/6/2023), setelah kenaikan upah minimum yang dikhawatirkan oleh beberapa ekonom dapat memicu tekanan inflasi lebih lanjut.

Bank Sentral Kanada akan bertemu pada Rabu (7/6/2023). Mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan akan mempertahankan suku bunga di 4,5 persen untuk sisa tahun ini meskipun risiko satu kali kenaikan suku bunga tetap tinggi.

Baca juga: Saham Asia naik di tengah pembicaraan jeda kenaikan suku bunga Fed

Baca juga: Saham Asia merosot, investor pertanyakan imbas kesepakatan utang AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023